Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Sebentar lagi akan tiba musim pembagian dividen. Tentu saja investor akan sangat senang, memperoleh dividen yang umumnya berbentuk uang tunai. Biasanya, yang memberikan dividen dalam porsi besar adalah perusahaan asing dan entitas publik yang berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berkaca dari kondisi tersebut, tidak heran jika ada investor yang membeli perusahaan publik berdasarkan pendekatan dividen. Hal tersebut tidak salah. Namun, saya tidak memakai pendekatan dividen ketika ingin membeli perusahaan publik.
Direksi, Komisaris, Manajer dan seluruh karyawan yang bekerja dan yang membuat perusahaan untung besar, boleh jadi tidak memperoleh apa-apa dari pembagian keuntungan perusahaan.
Siapa yang memperoleh keuntungan itu? tidak lain adalah investor saham yang tidak 'bekerja' tetapi dengan otomatis mendapatkan pembagian keuntungan.
Memang, saat perusahaan memberikan dividen, pemegang saham menjadi senang. Tetapi menurut saya pembagian dividen dapat menghambat dan mengurangi potensi pertumbuhan perusahaan.
Sebab, jika keuntungan perusahaan tidak dibagikan, uangnya bisa dipakai kembali untuk, misalnya, mengurangi utang, menambah modal atau melaksanakan ekspansi usaha. Kondisi tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan kinerja serta keuntungan perusahaan.
Dampak dari peningkatan kinerja emiten tak lain adalah pertumbuhan harga sahamnya. Ujung-ujungnya, capital gain yang diterima investor juga kian menguntungkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News