Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Belakangan ini pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menurun. Pergerakan IHSG terombang-ambing sentimen inflasi tinggi di dalam negeri dan arus uang global. Akhir pekan lalu (26/7), IHSG turun ke 4.658,87 (-0,33%).
Apapun kondisi bursa bukan menjadi penghalang bagi para jawara investasi saham untuk tetap mengais peluang. Sjambiri Lioe, seorang investor sekaligus Direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), menyarankan para investor tidak panik saat pasar bearish. Jangan sampai memasang posisi jual dan keluar penuh dari pasar saham.
Menurut dia, kondisi seperti sekarang justru harus dimanfaatkan untuk mengoleksi saham-saham berfundamental baik. Sebagai investor konservatif, ia mengaku lebih suka bermain aman dengan menambah portofolio saham-saham seperti BBRI, WSKT, dan PGAS. "Alasan saya sederhana, emiten BUMN diawasi banyak pihak dan pembagian dividennya jelas," tuturnya, Minggu (28/7).
Prinsip yang sama juga ditempuh Soeratman Doerachman, seorang investor saham kawakan. Sepanjang semester I 2013, dia mengaku menambah koleksi saham JSMR, PGAS, dan KLBF. Alasan dia: saham-saham tersebut memiliki fundamental bagus, kurang pesaing, dan labanya meningkat.
Aksi menambah isi portofolio ketika bursa melandai juga diambil Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati. Investor saham yang kebetulan menduduki kursi Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) ini terus menambah saham sektor konsumer, khususnya sektor ritel dan bahan makanan. Bagi dia, saham sektor ini tahan banting. Saham yang dia hindari adalah saham sektor komoditas.
Lain lagi cerita Lo Kheng Hong, investor saham kawakan yang lain. Ia tidak mau mengikuti arus. Sebagai investor agresif, Kheng Hong ogah melirik saham-saham blue chips yang menjadi favorit kalangan komunitas pasar modal.
Valuasi saham favorit biasanya sudah mahal. Pada saham-saham yang mahal, menurut dia, risiko investasi justru meningkat. Ketika saham itu tertekan sentimen negatif, harga akan jatuh dan investor merugi.
Selama semester I 2013 Kheng Hong mengaku memperbanyak koleksi saham sektor yang sedang terpuruk, seperti sektor komoditas. Saat ini, harga saham-saham tersebut murah karena sedang dijauhi orang. Berinvestasi di saham ini juga cenderung low risk karena harganya tergolong murah. "Saya sendiri memilih beli dan simpan sambil menunggu harga komoditas pulih," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News