kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lima saham yang melantai di 2019 jadi saham gocap


Minggu, 05 April 2020 / 13:06 WIB
Lima saham yang melantai di 2019 jadi saham gocap
ILUSTRASI. Petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3/2020). Sepanjang tahun 2019 hingga saat ini, terdapat 72 emiten yang telah melantai di bursa efek. ANT


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2019 hingga saat ini, terdapat 72 emiten yang telah melantai. Dari jumlah tersebut sebanyak lima emiten, sahamnya jatuh ke gocap atau Rp 50 per saham. 

Lima emiten tersebut antara lain PT Capri Nusa Satu Properti Tbk (CPRI), PT Bliss Porperti Indonesia Tbk (POSA), PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU), PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI) dan PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS). Kelimanya melantai di tahun 2019. 

Baca Juga: Ini sentimen yang bakal mempengaruhi pergerakan IHSG di pekan depan

Adapun harga  CPRI saat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp 125, artinya telah mengalami penurunan 60% sejak IPO hingga penutupan Jumat (3/4). Sedangkan harga IPO saham POSA, KAYU dan BAPI sebesar Rp 150. Artinya ketiga saham tersebut telah turun 66,67% pada periode yang sama. 

Harga saham WOWS tercatat yang mengalami penurunan paling dalam yaitu 88,89% dari harga IPO Rp 450 menjadi gocap. 

Bagaimana kondisi fundamental kelimanya?

1. Capri Nusa Satu Properti
Pada periode kuartal III-2019, CPRI membukukan pendapatan Rp 2,36 miliar atau naik 66,19% yoy dari Rp 1,42 miliar di kuartal III-2018. Sayangnya, perusahaan properti tersebut masih mengalami kerugian Rp 13,63 miliar, meskipun jumlah tersebut membaik bila dibandingkan kuartal III-2018 yang kerugiannya mencapai Rp 43,56 miliar.

Baca Juga: IHSG pekan depan diprediksi terseret kasus virus corona dan pelemahan rupiah

2. Bliss Properti Indonesia
Pada periode yang sama Bliss Properti Indonesia membukukan pendapatan Rp 51,06 miliar, turun tipis bila dibandingkan kuartal III-2018 yang tercatat Rp 52,4 miliar. Penurunan tersebut membuat rugi perusahaan semakin dalam dari Rp 49,49 miliar menjadi rugi Rp 66,88 miliar. 

3. Darmi Bersaudara
Sementara itu sepanjang 2019 Darmi Bersaudara membukukan pendapatan Rp 43,74 miliar atau naik 16,27% yoy dari Rp 37,62 miliar. Kenaikan tersebut membuat Darmi Bersaudara membukukan kenaikan laba 78,38% yoy dari Rp 1,85 miliar menjadi Rp 3,3 miliar. 

4. Bhakti Agung Propertindo
BAPI membukukan pendapatan Rp 12,45 miliar dalam sembilan bulan di 2019. Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan hingga 328,67% dari Rp 2,93 miliar di kuartal III-2018. Kinerja cemerlang tersebut mampu membuat BAPI membukukan laba bersih Rp 1,01 triliun dari kondisi di kuartal III-2018 yang masih rugi Rp 281,67 miliar. 

5. Ginting Jaya Energi
Emiten berkode saham WOWS ini membukukan pendapatan Rp 58,12 miliar per April 2019. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 26,67% yoy dari Rp 45,88 miliar. Laba WOWS juga ikut naik 20,63% yoy dari Rp 7,9 miliar menjadi Rp 9,53 miliar di Aprol 2019. 

Baca Juga: Virus corona dan harga minyak masih jadi sentimen utama bursa global di pekan depan

Selain itu, Kontan mengamati beberapa saham yang berada direntang harga Rp 51 - Rp 59 antara lain PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS), PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO), PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA), PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) dan PT Eastparc Hotel Tbk (EAST).

Analis Senior Anugerah Sekuritas Bertoni Rio mengatakan penurunan ke level gocap tersebut sejalan dengan kondisi pasar yang tengah tertekan karena Covid-19 ditambah dengan valuasi perusahaan yang cenderung masih kecil. Pada saat melantai, perusahaan tersebut melepas harga sahamnya di kisaran Rp 100 hingga Rp 500. 

Meski tertekan, saham-saham tadi masih berpotensi untuk rebound apabila IHSG berhasil menembus level Rp 5.000. "Karena biasanya saham yang IPO berpeluang menjaga komitmen untuk memperhatikan kinerja," jelas Bertoni, Jumat (3/4). 

Baca Juga: IHSG masih berpeluang melemah, investor bisa mulai beli

Bertoni menambahkan, investor yang memang tertarik melirik emiten dengan valuasi serupa tetap perlu berhati-hati. 

Dalam hal ini, investor disarankan untuk memperhatikan arus kas tetap positif dan memilih emiten yang selalu mencetak kenaikan pendapatan setiap tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×