Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) libur dua hari pada pekan ketiga bulan Mei 2025. Pada pekan pendek tersebut, pasar saham hanya tersisa tiga hari perdagangan, yakni Rabu (14/5), Kamis (15/5) dan Jumat (16/5).
Seperti diketahui, bursa libur dua hari memperingati Hari Raya Waisak 2569 Buddhist Era (BE) dan cuti bersama Hari Raya Waisak 2569 BE.
Menjelang pekan pendek ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah berbalik melemah di perdagangan Kamis (8/5), setelah menguat 8 hari perdagangan berturut-turut. IHSG anjlok 1,42% ke posisi 6.827 pada hari ini.
Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan bahwa menjelang libur bursa pada 12 Mei-13 Mei 2025, investor lokal perlu mengantisipasi kondisi pasar yang minim katalis domestik namun tetap rentan terimbas sentimen global.
Baca Juga: IHSG Anjlok Usai Cadev Turun, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham Analis, Jumat (9/5)
Perdagangan yang berlangsung pendek ini bertepatan dengan periode krusial di pasar keuangan global, seperti negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, potensi reaksi pasar terhadap hasil FOMC serta data inflasi AS.
Dalam situasi ini, Felix merekomendasikan strategi defensif bagi investor. Salah satu caranya adalah mengurangi eksposur pada saham yang volatil atau sensitif terhadap arus modal asing, seperti sektor teknologi dan komoditas siklikal.
Sebaliknya, ia menyarankan fokus pada sektor defensif seperti consumer staples, perbankan besar dengan valuasi wajar, serta saham infrastruktur yang memiliki prospek stabil.
Bagi investor jangka pendek atau trader harian, Felix menyarankan untuk fokus pada saham likuid dengan katalis jangka pendek dan pola teknikal yang masih sehat. Saham perbankan besar, yang sempat tertahan kenaikannya, memiliki potensi rebound pasca libur jika arus asing kembali positif.
Baca Juga: Asing Banyak Menjual Saham-Saham Ini Saat IHSG Perpanjang Reli, Selasa (6/5)
Secara teknikal, IHSG saat ini berada di atas support penting di kisaran 6.700–6.800, dengan potensi menguji resistance di 6.920 hingga 7.000, tergantung dari perkembangan sentimen eksternal dan kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed.
"Namun, jika tekanan global muncul selama libur, dari hasil negosiasi dagang AS–China atau lonjakan yield obligasi AS maka koreksi setelah libur tidak bisa dikesampingkan," kata Felix kepada Kontan, Kamis (8/5).
Selain itu, Felix menekankan pentingnya memantau pergerakan rupiah dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) sebagai indikator sentimen pasar terhadap ketahanan ekonomi domestik.