kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju harga batubara terjegal tren penggunaan energi bersih


Rabu, 04 April 2018 / 19:55 WIB
Laju harga batubara terjegal tren penggunaan energi bersih
ILUSTRASI. Batubara


Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan permintaan batubara secara global memukul harga komoditas energi ini sepanjang kuartal pertama 2018. Harga emas hitam ini merosot 4,7%.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (29/3), harga batubara kontrak pengiriman Mei 2018 di ICE Future Exchange di posisi US$ 90,90 per metrik ton. Harga ini turun dibandingkan akhir tahun lalu di posisi US$ 95,35 per metrik ton.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures, berpendapat, sejatinya koreksi yang terjadi pada harga batubara di kuartal pertama tahun ini masih lebih baik dibanding tahun sebelumnya. "Kuartal pertama tahun 2017, harga batubara turun sampai 8%," ujarnya, (4/4).

Kecenderungan negara-negara Asia beralih pada sumber energi terbarukan membuat permintaan terhadap batubara menurun. Di China, Deddy menjelaskan, pemerintah mulai mewajibkan 15% dari total pembangkit listrik independen untuk menggunakan energi gas alam hingga 2020 mendatang.

India juga tengah berupaya meningkatkan pasokan gas alam agar penggunaannya dapat mencapai 10 juta rumah tangga pada 2019 nanti. Sementara di Korea Selatan, ada lima pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang sedang dalam masa penangguhan mulai Maret hingga Juni 2018.

"Kebijakan ramah lingkungan di Asia ini tentu menjadi sentimen negatif bagi laju harga batubara ke depan," kata Deddy.

Memasuki kuartal kedua, Deddy melihat, harga batubara masih rentan terhadap tekanan. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berpotensi memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya, harga komoditas pun akan terkena imbasnya.

Namun, pasar juga masih menanti wacana Presiden AS Donald Trump yang ingin membuka tambang-tambang batubara baru sesuai janjinya. Putusan Trump membatalkan perjanjian iklim di Paris beberapa waktu lalu juga memberi sinyal bahwa AS justru ingin meningkatkan produksi batubara. Jika terealisasi, hal ini bisa memberi sentimen positif bagi batubara.

Proyeksi Deddy, tidak mudah bagi komoditas batubara untuk kembali menyentuh harga di kisaran US$ 100 per metrik ton. Ia memperkirakan, harga batubara akan berada dalam rentang US$ 88,10-US$ 94,50 per metrik ton sepanjang kuartal kedua ini. Sementara, akhir tahun ini, ia menebak harganya bergerak dalam rentang yang lebih lebar yaitu US$ 77-US$ 90 per metrik ton.

Mengutip Bloomberg, Rabu (4/4) pukul 14.53 WIB, harga batubara kontrak pengiriman Mei 2018 di ICE Future Exchange naik 0,93% ke level US$ 92,50 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×