Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim dingin yang mulai berakhir membuat harga batubara masuk dalam tren pelemahan. Jumat (16/3) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Mei 2018 di ICE Futures melemah 0,59% ke level US$ 91,90 per metrik ton. Bahkan, dalam sepekan, harganya anjlok 1,87%.
Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, bilang, tingkat permintaan batubara saat ini mulai turun. Selain itu, koreksi harga kali ini tergolong wajar lantaran kenaikan harganya di awal tahun ini signifikan.
Salah satunya terjadi setelah langkah pemerintah China yang mencoba mengalihkan penggunaan batubara ke gas alam dengan melakukan pembatasan produksi gagal. Pasokan gas alam tidak cukup untuk memenuhi tingginya permintaan sehingga pasar kembali beralih memburu batubara.
Tekanan bagi batubara bertambah setelah adanya kenaikan produksi. Biro Statistik China melaporkan, pasokan batubara di Negeri Tirai Bambu itu naik untuk bulan Januari dan Februari mencapai 520 juta metrik ton atau sekitar 5,7% dari tahun lalu.
Selain itu, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim bilang, koreksi harga batubara juga terjadi karena indeks dollar Amerika Serikat (AS) yang sedang perkasa. Apalagi pekan ini The Federal Reserve diperkirakan menaikan suku bunga acuan yang akhirnya semakin memperkokoh posisi the greenback.
Ia menambahkan, keperkasaan harga batubara sebelumnya lebih karena ulah spekulan yang mengerek si hitam terlalu tinggi. Alhasil kini pelaku pasar mulai melakukan aksi ambil untung.
Masih positif
Walau saat ini diselimuti sentimen negatif, harga batubara masih berpotensi merangkak naik. Wahyu memprediksi, dalam jangka panjang tingkat permintaan masih positif. Penetapan tarif impor baja dan aluminium di AS diprediksi juga dapat menambah permintaan batubara.
Maklum, akibat kenaikan tarif impor baja dan aluminium, pasokan di AS akan berkurang. Dus, produsen lokal AS perlu memicu produksinya. Mau tidak mau, produsen baja dan aluminium AS akan membutuhkan lebih banyak batubara untuk bahan bakar.
Padahal, produksi batubara di AS diprediksi akan turun. Energy Information & Administration (EIA) memperkirakan, produksi batubara Negeri Paman Sam tahun ini turun 0,7% menjadi 765 juta ton.
Citibank juga memperkirakan harga batubara akan tetap positif dalam periode dua tahun ke depan. Karena itu, Citibank menaikkan proyeksi harga batubara. Harga komoditas ini di 2019 diprediksi mencapai US$ 85 per ton, naik dari US$ 75 per ton. Di 2020, harga batubara diprediksi mencapai US$ 80 per ton.
Tapi Wahyu memperkirakan, harga batubara pada hari ini masih melemah dan bergerak dalam kisaran US$ 91,50–US$ 92,40 per metrik ton. Serupa, Ibrahim melihat, rencana kenaikan suku bunga The Fed pekan ini akan semakin menekan harga hingga ke bawah US$ 90 per metrik ton. "Sepekan ke depan, harga batubara akan bergerak di rentang US$ 87,50–US$ 92,60 per ton,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News