kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   4,88   0.55%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih sektor properti anjlok 37% di 2015


Senin, 04 April 2016 / 22:06 WIB
Laba bersih sektor properti anjlok 37% di 2015


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kinerja emiten properti sepanjang tahun 2015 mengalami perlambatan lantaran dihadapkan dengan tantangan berat. Lesunya kondisi ekonomi dan gejolak nilai tukar membuat pendapatan maupun laba bersih emiten sektor ini tergerus.

Tahun lalu, rata-rata pendapatan yang berhasil dicatatkan 12 emiten properti hanya tumbuh 3,3%. Sedangkan laba bersih rata-rata emiten tersebut merosot 37% dibanding dengan tahun sebelumnya. Dari kedua belas emiten tersebut, hanya dua yang mampu mencetak kinerja positif yakni PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI).

PPRO mencetak laba bersih Rp 300,3 miliar, melesat hingga 183% dari tahun sebelumnya. Ini seiring dengan pertumbuhan pendapatan hingga 171% menjadi Rp 1,51 triliun. Adapun MKPI membukukan pertumbuhan laba bersih 103% jadi Rp 889,6 miliar sejalan dengan melonjaknya pendapatan perseroan hingga 81,7%.

Sementara kinerja paling anjlok ditorehkan PT Lippo Karawaci dengan penurunan laba bersih hingga 79% menjadi Rp 535 miliar seiring dengan melorotnya pendapatan pokok perseroan sebesar 23,58%. Lalu dikuti oleh PT Pakuwon jati tbk (PWON) yang mengalami penurunan laba bersih hingga 49%.

Penurunan kinerja PWON diakibatkan rugi kurs yang membengkak tajam dari Rp 40 miliar menjadi Rp 276 miliar. Padahal pendapatan PWON masih tercatat tumbuh 19% yoy menjadi Rp 4,6 triliun tahun 2015. Selain itu, pengembang Gandaria City ini juga harus menanggung penalti atas penebusan utang obligasi wajib konversi sebesar Rp 105 miliar dan kerugian instrumen keuangan derivatif Rp 75 miliar.

PT Alam Sutera Tbk (ASRI) mencatat penurunan laba bersih 45,6% akibat melorotnya penjualan dan pendapatan usaha perseroan 23,4% menjadi Rp 2,78 triliun dan meroketnya rugi selisih kurs hingga 217% menjadi Rp 438 miliar. Kemudian diikuti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang menorehkan koreksi net profit 44%.

Sebetulnya, pendapatan BSDE masih naik 10,7% yoy menjadi Rp 6,2 triliun. Ini akibat penurunan tajam laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama menjadi Rp 47,6 miliar dari Rp 1,66 triliun pada tahun sebelumnya. Perlu dicatat pada paruh I 2014 perseroan memperoleh keuntungan non-cash dari akuisisi saham PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) sebesar Rp 1,5 triliun.

Jika mengesampingkan keuntungan tersebut Laba bersih BSDE hanya turun 5,4% tahun 2015. Penurunan ini terjadi karena meningkatnya beban bunga dan keuangan lainnya hingga 49,5% menjadi Rp 574,9 miliar.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengalami penurunan kinerja 38,2% akibat membengkak beban keuangannya hingga 58% menjadi Rp 483 miliar. Sedangkan pendapatannya hanya turun 2% yoy menjadi Rp 5.6 triliun. Kinerja PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) turun 20% sejalan dengan penurunan pendapatan.

Adapun PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) masing-masing masih mencatat pertumbuhan pendapatan 20,8%, 12,8% dan 18,5%. Laba bersih ketiganya terkoresi 6,7%, 6,4% dan 3% lantaran beban ketiganya naik di tengah gejolak nilai tukar.

Fikri Suhada, Analis Panin Sekuritas mengatakan kinerja sektor properti mengalami perlambatan tahun lalu lantaran dihadapkan dengan perlambatan ekonomi dan tekanan nilai tukar."Tahun lalu pendapatan turun akibat perlambatan ekonomi dan laba bersih merosot tajam karena ditambah beban naik akibat forex lost," jelasnya.

Tahun ini, Fikri memperkirakan prospek industri properti akan lebih baik karena di tengah kondisi ekonomi yang sudah mulai membaik, penurunan BI rate dan nilai tukar yang cenderung stabil. Oleh karena itu, dia memperkirakan pencapaian marketing sales tahun ini akan tumbuh signifikan.

Hanya saja, pendapatan dan perkirakan masih akan cenderung flat karena perolehan marketing sales tahun lalu tidak terlalu bagus. Namun laba bersih emiten properti dia perkirakan akan tumbuh 25% secara industri karena ada mendapat gain forex di tengah nilai tukar yang sudah mulai stabil.

Senada, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai prospek industri properti tahun ini akan lebih baik kendati di awal-awal tahun ini belum menunjukkan taringnya. Menurutnya sentimen positif dari penurunan BI rate akan mulai berdampak pada penurunan bunga kredit pada tiga atau enam bulan ke depan.

Sementara nilai tukar yang semakin stabil akan membuat beban bahan baku dan beban keuangan emiten properti menurun sehingga akan menopang perolehan laba bersih di tahun ini. " Perusahaan properti itu beban bahan bakunya bisa mencapai 40%," ujarnya.

Perkiraan Hans, pendapatan emiten properti secara industri akan tumbuh 9% dan laba bersih akan naik 12%-15%. Dia merekomendasikan buy saham emiten yang memiliki banyak aset recurring income seperti LPKR, PWON, SMRA dan BSDE. Sedangkan Fikri hanya memilih merekomendasikan buy saham BSDE dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 2.300 dan Rp 1.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×