Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Fikri Suhada, Analis Panin Sekuritas mengatakan kinerja sektor properti mengalami perlambatan tahun lalu lantaran dihadapkan dengan perlambatan ekonomi dan tekanan nilai tukar."Tahun lalu pendapatan turun akibat perlambatan ekonomi dan laba bersih merosot tajam karena ditambah beban naik akibat forex lost," jelasnya.
Tahun ini, Fikri memperkirakan prospek industri properti akan lebih baik karena di tengah kondisi ekonomi yang sudah mulai membaik, penurunan BI rate dan nilai tukar yang cenderung stabil. Oleh karena itu, dia memperkirakan pencapaian marketing sales tahun ini akan tumbuh signifikan.
Hanya saja, pendapatan dan perkirakan masih akan cenderung flat karena perolehan marketing sales tahun lalu tidak terlalu bagus. Namun laba bersih emiten properti dia perkirakan akan tumbuh 25% secara industri karena ada mendapat gain forex di tengah nilai tukar yang sudah mulai stabil.
Senada, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai prospek industri properti tahun ini akan lebih baik kendati di awal-awal tahun ini belum menunjukkan taringnya. Menurutnya sentimen positif dari penurunan BI rate akan mulai berdampak pada penurunan bunga kredit pada tiga atau enam bulan ke depan.
Sementara nilai tukar yang semakin stabil akan membuat beban bahan baku dan beban keuangan emiten properti menurun sehingga akan menopang perolehan laba bersih di tahun ini. " Perusahaan properti itu beban bahan bakunya bisa mencapai 40%," ujarnya.
Perkiraan Hans, pendapatan emiten properti secara industri akan tumbuh 9% dan laba bersih akan naik 12%-15%. Dia merekomendasikan buy saham emiten yang memiliki banyak aset recurring income seperti LPKR, PWON, SMRA dan BSDE. Sedangkan Fikri hanya memilih merekomendasikan buy saham BSDE dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 2.300 dan Rp 1.800.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News