Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Deddy pun melanjutkan, potensi rupiah untuk terkoreksi tetap terbuka sekalipun The Fed akhirnya memangkas suku bunga acuan AS pada tengah pekan nanti. Kembali lagi, hal ini lantaran kemungkinan besar The Fed hanya memotong bunga acuan AS sebanyak 25 bps, bukan 50 bps seperti yang diprediksi sebelumnya.
Baca Juga: Pasar menanti keputusan pemangkasan suku bunga The Fed, rupiah melemah
Akan tetapi, hasil pertemuan FOMC nanti bukan satu-satunya penentu arah rupiah. Kelanjutan negosiasi dagang antara AS dan China yang berlangsung pada Selasa (30/1) di Shanghai juga cukup krusial.
“Jika negosiasi ini berjalan dengan lancar, rupiah dapat terhindar dari ancaman pelemahan yang lebih dalam,” ungkap Deddy.
Tak hanya itu, mulai meredanya fluktuasi harga minyak dunia juga bisa menolong pergerakan rupiah. Hal ini mengingat harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dalam beberapa waktu terakhir mulai menjauh dari area US$ 60 per barel.
Baca Juga: Rupiah belum juga berotot, masih melemah di level Rp 14.020 per dolar AS
Dari dalam negeri, sentimen terdekat yang akan mempengaruhi arah rupiah adalah data inflasi dan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2019 yang dirilis awal bulan nanti.
Maka dari itu, Deddy memproyeksikan rupiah masih akan bergerak di bawah level Rp 14.100 per dollar AS dalam jangka menengah sekalipun sentimen-sentimen negatif eksternal yang disebut tadi menjadi kenyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News