Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) selama sembilan bulan pertama tahun ini masih mendapat rapor merah. Laba bersih grup konglomerasi ini kuartal III 2015 masih merosot 17 % secara year on year (yoy). Hampir seluruh segmen bisnis perseroan mengalami perlambatan.
ASII hanya mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 11,99 triliun atau turun 17% dari kuartal III 2014 yang masih tercatat sebesar Rp 14,49 triliun. Alhasil, laba per saham (EPS) turun menjadi Rp 296 per saham. Penurunan ini seiring dengan melorotnya pendapatan bersih konsolidasian perseroan 8% yoy menjadi Rp 138,17 triliun.
Prijono Sugiarto, Presiden Direktur ASII mengatakan, kinerja grup Astra mengalami tekanan akibat penurunan konsumsi domestik, persaingan ketat di pasar mobil, pelemahan harga komoditas dan penurunan kualitas kredit korporasi.
"Sehingga kontribusi dari seluruh segmen bisnis menurun kecuali dari alat berat dan pertambangan." katanya dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Kamis (29/10).
Dengan tantangan yang dihadapi tersebut, Prijono memperkirakan kinerja seluruh lini bisnis ASII tidak akan mengalami banyak perubahan hingga pengujung tahun.
Segmen bisnis otomotif ASII berkontribusi Rp 5,3 triliun terhadap total laba bersih perseroan. Ini mengalami penurunan 10% dari periode yang tahun lalu.
Menurut Prijono, penurunan tersebut terjadi karena lemahnya permintaan di tengah perlambatan ekonomi serta adanya diskon harga di pasar mobil karena kelebihan kapasitas produksi. Bisnis komponen otomotif juga berkontribusi rendah karena penurunan volume dan akibat nilai tukar rupiah.
Penjualan mobil ASII turun 20% menjadi 382.000 unit atau hanya berkontribusi 50% terhadap total penjualan mobil nasional. Padahal periode yang sama tahun sebelumnya masih menyumbang sekitar 51%.
Sedangkan penjualan sepeda motor melalui PT Astra Honda Motor turun 14% menjadi 3,3 juta unit atau berkontribusi 68,7% terhadap total penjualan nasional yang tercatat sebanyak 4,8 juta unit.
PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mencatat penurunan laba bersih hingga 72% yoy di kuartal III menjadi Rp 179 miliar akibat penurunan volume dan margin manufacture karena tekanan kurs.
Adapun sektor jasa keuangan mengalami penurunan laba bersih sebesar 21% yoy menjadi Rp 2,9 triliun. Penurunan kontribusi laba bersih bisnis jasa keuangan lainnya tidak bisa diimbangi oleh kenaikan laba bersih PT federal International Finance dan PT Toyota Astra Financial Services.
Bisnis pembiayaan konsumen ASII turun 4% menjadi Rp 46 triliun. PT Astra Sedaya Finance yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan 17% menjadi Rp 722 miliar. Sementara PT Federal International Finance yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat pertumbuhan laba bersih 11% karena diuntungkan kenaikan pangsa pasar dan diversifikasi produk dan pembiayaan yang dikuncurkan untuk alat berat perseroan meningkat 21% menjadi Rp 3,2 triliun.
PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatat penurunan laba bersih 24% menjadi Rp 938 miliar seiring dengan peningkatan cadangan kerugian atas pinjaman yang diberikan. Sementara Asuransi Astra Buana mengalami penurunan laba bersih karena penurunan pendapatan investasi.
Adapun segmen bisnis alat berat dan pertambangan mencetak laba bersih Rp 3,3 triliun atau meningkat 15%. Ini terutama didukung oleh kinerja PT United Tractors TBK (UNTR) yang mampu mencatat pertumbuhan laba bersih tumbuh 17% menjadi Rp 5,6 triliun meskipun pendapatannya turun 6%. Ini lantaran diuntungkan dari pelemahan rupiah setelah mempunyai aset moneter dalam dollar AS.
Anak usaha UNTR yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan batubara, PT Pamapersada Nusantara yakni mengalami penurunan pendapatan 7% karena kontrak produksi batubara turun 4% dan penurunan kontrak pengupasan lapisan tanah 3%. Sementara anak usaha UNTR di bidang pertambangan mencatat penurunan penjualan batubara 13% menjadi 3,9 juta ton.
Dari segmen agribisnis, laba bersih PT Astra Agro Lestari TBK (AALI) anjlok 92% yoy menjadi Rp 116 miliar. Ini karena rata-rata harga CPO turun 15%. Penjualan CPO melorot 18% menjadi Rp 826.000 ton, sedangkan penjualan olein meningkat 108% menjadi 300.000 ton.
Keuntungan tekanan nilai tukar rupiah terhadap penjualan AALI tidka mampu mengimbangi dampak kerugian yang timbul atas kewajiban.
Sektor infrastruktur, logistik dan lainnya juga mengalami penurunan laba bersih yakni mencapai 64% menjadi Rp 91 miliar. Sebagian besar diakibatkan kerugian awal yang timbul dari dimulainya pengoperasian seksi 1 jalan tol kertosono-Mojokerto. Sementara laba bersih segmen teknologi informasi, PT Astra Grafika Tbk (ASGR) juga mencata penurunan laba bersih 8% menjadi Rp 160 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News