Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Melambatnya perekonomian di dalam negeri membuat kinerja PT Astra International Tbk (ASII) di semester pertama 2015 kurang menggembirakan. Lesunya kondisi ekonomi ini diperkirakan akan berlanjut. Bagaimana nasib bisnis ASII yang erat kaitannya dengan sektor riil di sisa tahun 2015 ini?
Tira Adianti, Investor Relations ASII mengaku, tantangan di semester II-2015 masih besar. Namun, pihaknya akan berupaya mengikis potensi penurunan bisnis yang bisa terjadi. Oleh karena itu, Grup Astra tetap akan melakukan pengembangan usaha.
"Kami akan terus investasi untuk masa depan bisnis Astra, namun selektif, capital productivity" ujar Tira kepada KONTAN, Selasa (11/8).
ASII berkomitmen akan menyeimbangkan cuan dari bisnis otomotif dan non otomotif. Saat ini, sekitar 64% laba bersih ASII secara konsolidasi masih berasal dari sektor otomotif dan jasa keuangan yang terkait otomotif. Sisanya, sebesar 36%, disumbang dari bisnis pertambangan dan alat berat, infrastruktur, logistik, perkebunan, teknologi informasi (TI) dan lainnya.
Maka itu, perseroan ingin mendorong pertumbuhan non otomotif lebih cepat. Salah satunya adalah infrastruktur. Melalui PT Astratel Nusantara, ASII serius untuk menjajaki perusahaan jalan tol. Namun, kini Astra masih fokus untuk mengembangkan ruas tol Semarang-Solo sepanjang 72,64 kilometer (km).
Perseroan mengakuisisi ruas tol itu dari PT Trans Marga Jateng (TMJ). Selain itu, kata Tira, Astra juga fokus untuk melakukan manajemen biaya alias efisiensi di segala bidang. Hal ini guna meningkatkan margin ASII. Sepanjang semester I-2015.
Pendapatan bersih tercatat sebesar Rp 92,5 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan Astra mampu menembus angka Rp 101,52 triliun.
Penurunan pendapatan ini masih harus ditambah beberapa pos beban yang naik. Misalnya, beban penjualan meningkat dari Rp 4,27 triliun menjadi Rp 4,48 triliun. Beban umum dan administrasi naik dari Rp 4,94 triliun menjadi Rp 5,31 triliun. Biaya keuangan juga melonjak dari Rp 493 miliar menjadi Rp 625 miliar.
Hal ini membuat laba bersih perseroan menyusut sebesar 18% menjadi Rp 8,05 triliun. Laba sektor otomotif yang menyumbang sekitar 40% dari total laba bersih ASII merosot dari Rp 4 triliun menjadi hanya Rp 3,42 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News