Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) diproyeksikan masih tumbuh di tahun 2023. Pembukaan kembali ekonomi dapat mendukung peningkatan pinjaman emiten perbankan ini.
Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, kredit BBNI masih berpotensi tumbuh meskipun tidak sebesar kenaikan tahun lalu yang mencapai 2 digit karena faktor high base effect.
Kredit BBNI diperkirakan bisa tumbuh di 7%-8% pada tahun ini sesuai perkiraan manajemen perusahaan. Tahun lalu, kredit BNI tumbuh sebesar 10,9% secara tahunan menjadi Rp 646,19 triliun pada tahun 2022.
"Sentimen pendukung pertumbuhan kredit tersebut adalah pemulihan ekonomi dalam negeri, meskipun perlambatan ekonomi global bisa saja membatasi pertumbuhannya," kata Cheril kepada Kontan.co.id, Senin (17/4).
Baca Juga: Intip Prospek Emiten BUMN yang Berpotensi Mencatat Kinerja Positif di 2023
Penurunan kredit berisiko yang terus berlanjut dan Net interest margin (NIM) yang stabil di tengah tren suku bunga yg masih tinggi bakal menjadi katalis positif bagi BBNI.
Selain itu, Cheril melihat harga sempat terjadi gap down usai pembagian dividen BBNI dalam jumlah besar sebesar Rp 7,3 triliun baru-baru ini. Namun setelahnya harga terus melanjutkan penguatan.
Analis CGS CIMB Sekuritas Handy Noverdanius mengatakan bahwa manajemen BBNI mengungkapkan telah membukukan pertumbuhan kredit yang kuat hingga Februari 2023 yang mencapai 10% yoy, sedikit di atas dari panduan di 7-9% dengan NIM juga sedikit di atas dari panduan.
Pendorong utamanya adalah pertumbuhan pinjaman yang berasal dari segmen korporasi, dimana strategi de-risking BBNI masih tetap berjalan dan telah menjangkau hampir 50% dari diamond clients yang teridentifikasi sebanyak 88 klien menyumbang 30% dari total pinjaman korporasi BBNI saat ini.
Sedangkan, untuk segmen UMKM, BBNI masih perlu memperkuat credit scoring model, namun tetap melihat potensi pertumbuhan pinjaman yang ada di masa depan.
BBNI mempertahankan panduan biaya kredit (CoC) berada di 1,5% untuk tahun 2023. CoC di kuartal 1-2023 dapat berada di bawah 1,5% karena tidak ada downgrade secara spesifik, namun BBNI memperkirakan akan lebih konservatif dengan membukukan lebih banyak provisi setelah kuartal pertama 2023.
Terkait dengan total eksposur ke perusahaan konstruksi, pinjamannya hanya sebesar Rp 15 triliun atau 2.3% dari keseluruhan pinjaman di tahun 2022. Khusus WSKT, Bank BNI melihat peningkatan provision coverage saat ini sudah cukup, mengingat pinjaman tersebut didukung oleh proyek Pemerintah.
"BBNI mengindikasikan tidak ada potensi domino dari perusahaan konstruksi lain karena mereka telah direstrukturisasi lebih awal," tulis Handy dalam riset 29 Maret 2023.
Selain itu, manajemen BNI menyoroti proses transformasi yang dilakukan oleh perusahaan menunjukkan perkembangan yang baik dan terus berlanjut dalam skala yang lebih luas di dalam organisasi. Perubahan jajaran Direksi BBNI yang baru saat ini juga memperkuat agenda transformasi BNI.
Analis UOB Kayhian Posmarito Pakpahan memaparkan bahwa kinerja BBNI di kuartal terakhir tahun lalu yang mencetak laba bersih Rp 4,6 triliun menutup solidnya laba bersih 2022 menjadi Rp 18,3 triliun atau tumbuh 68% yoy. Capaian ini juga lebih tinggi dari posisi laba bersih tahun 2019 yang sebesar Rp 15,4 triliun.
Hal ini terutama didorong peningkatan Net Interest margin (NIM) sebesar 15 bp, pendapatan non-bunga yang kuat, serta penurunan beban penyisihan sebesar 37%.
Dalam riset tanggal 26 Januari 2023, Posmarito menjelaskan bahwa laba bersih BBNI di tahun 2022 berada di atas estimasi UOB Kayhian dan ekspektasi pasar yakni terhitung 104% dan 103%. Sementara, NIM turun 16 bps quartal on quartal (qoq) menjadi 4,85% karena Cost of Fund (CoF) yang lebih tinggi.
Baca Juga: Bank BUMN Mengoptimalkan Peran Kantor Cabang Luar Negeri
Adapun mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed dan 7DRR, manajemen BNI menaikkan suku bunga simpanan pada kuartal IV-2022, sehingga biaya dana (CoF) lebih tinggi menjadi 35bp qoq. Ini mengurangi peningkatan imbal hasil 25bps qoq karena repricing pinjaman dan pinjaman berisiko (LaR) dan menyebabkan penurunan NIM sebesar 16 bps.
Posmarito bilang, meskipun terdapat tren penurunan NIM pada kuartal IV-2022, manajemen BBNI berkeyakinan NIM dapat lebih tinggi dari 4,7% pada tahun 2023 yang akan didukung oleh pengembalian pinjaman.
Fase pertama repricing terjadi pada kuartal IV-2022 dan dampaknya dapat dilihat pada kuartal I-2023 sementara repricing tahap kedua akan dilakukan di semester I-2023.
Menurut Posmarito, pembukaan kembali ekonomi mendukung peningkatan pinjaman yang direstrukturisasi untuk industri tertentu seperti pariwisata dan tekstil, yang akan menghasilkan pinjaman yang lebih baik. LaR yang menurun, cakupan yang kuat, dan pengurangan risiko neracanya bisa menyebabkan biaya kredit (CoC) yang lebih rendah.
Dengan asumsi pertumbuhan kredit bisa tumbuh satu digit, NIM 4,7% dan CoC 1,5%, UOB Kayhian sekuritas memproyeksikan laba bersih BBNI tumbuh 19% menjadi Rp 21,8 triliun pada 2023.
Posmarito mempertahankan rekomendasi Buy pada BBNI dengan target harga di Rp 11.200 per saham. Cheril juga merekomendasikan Buy pada BBNI, namun dengan target harga lebih rendah di Rp 9.900 per saham.
Sementara, Handy menyarankan Add pada BBNI dengan target harga di Rp 11,600 per saham. Pertumbuhan kredit dan NIM yang lebih tinggi menjadi pertimbangan rating saham BBNI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News