Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa laba bersih PT Bank Jago Tbk (ARTO) merosot di tahun lalu. Walaupun demikian, analis masih mempertimbangkan saham ARTO karena penyaluran kredit diperkirakan lancar bertumbuh.
Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi mencermati bahwa pencapaian laba bersih ARTO di tahun lalu kurang memuaskan, terutama pada kuartal terakhir 2022. Di sepanjang tahun lalu, laba bersih ARTO sebesar Rp 16 miliar telah anjlok sekitar 81,5% year on year (YoY) dari tahun sebelumnya Rp 86 miliar.
Angka laba bersih ARTO tersebut jauh di bawah estimasi Samuel Sekuritas yang memperkirakan pertumbuhan laba 30.7% dan juga tidak sesuai konsensus yang memprediksi laba bersih ARTO naik 30.9% di tahun 2022.
Prasetya menjelaskan, buruknya kinerja ARTO itu karena catatan rugi bersih sebesar Rp 25 miliar di kuartal IV-2022. Emiten bank digital ini mencatatkan provisi kerugian pinjaman sebesar Rp 127 miliar yang naik sekitar 29.8% Quarter on Quarter (QoQ) dan melonjak 151% YoY, serta biaya operasional pada kuartal terakhir tahun lalu tercatat sebesar Rp 12 miliar.
Baca Juga: Harga Minyak Memanas, Begini Rekomendasi Saham Emiten Migas dari Analis
Sementara, Net Interest Income (NII) ARTO naik 7.7% QoQ dan 35,6% YoY menjadi Rp 369 miliar di kuartal empat 2022 karena didukung oleh kuatnya pertumbuhan kredit yang tumbuh 15.6% QoQ.
Di sisi pendanaan, ARTO mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 13.6% QoQ yang didukung salah satunya oleh peningkatan take rate perseroan. Jumlah nasabah yang sudah melewati proses Know Your Costumer (KYC) Bank Jago telah mencapai 6,9 juta pada Desember 2022, beranjak dari posisi 5,7 juta di kuartal ketiga 2022.
Prasetya mengungkapkan, manajemen ARTO tetap yakin bahwa kinerja Bank Jago bisa membukukan pertumbuhan kredit sebesar 50% pada tahun 2023. Tumbuhnya kredit bakal didukung oleh produk pinjamannya sendiri serta pembiayaan bersama dengan mitra.
ARTO memiliki portofolio kemitraan yang beragam. ARTO mempunyai 38 mitra yang terdiri dari tiga mitra ekosistem, tiga perusahaan sekuritas, dan 32 lembaga pemberi pinjaman hingga akhir tahun 2022. ARTO juga terus berkolaborasi dengan PT BFI Finance Tbk (BFIN) dan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) untuk menyalurkan produk pembiayaan bersama.
“Ke depan, ARTO akan terus menyalurkan lebih banyak produk pinjamannya sendiri dan mengembangkan aplikasi terbarunya yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah, yang akan membantu bisnis-bisnis tersebut untuk menjalankan aktivitasnya dengan lebih efisien,” tulis Prasetya dalam riset tanggal 17 Maret 2023.
Samuel Sekuritas memperkirakan Net Interest Margin (NIM) ARTO akan sedikit menurun pada tahun ini karena bakal ada peningkatan Cost of Fund (CoF) sebesar 75 bps. Sementara itu, peningkatan rata-rata imbal hasil pinjaman akan relatif terbatas karena pembiayaan bersama tampaknya masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit ARTO tahun ini. Terkait porsi produk direct lending yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi diperkirakan masih akan kurang dari 10% dari total portofolio kredit ARTO pada tahun 2023.
Dari sisi kualitas aset, manajemen ARTO percaya bahwa rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2%-3% masih cukup aman. Posisi rasio NPL ARTO saat ini berada di bawah angka tersebut. Sedangkan, biaya kredit diperkirakan akan mencapai sekitar 5% pada 2023 karena ARTO berencana untuk meningkatkan rasio NPL coverage-nya menjadi lebih dari 200%.
Terlepas dari penurunan laba bersih, Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian menyoroti NII Bank Jago yang mengalami pertumbuhan 129% YoY. Selain itu, rasio NPL yang menjadi indikator seberapa besar macetnya kredit perbankan terpantau turun menjadi 1.8% pada kuartal empat 2022 dibandingkan 2.1% kuartal ketiga 2022.
“Kami melihat ARTO dapat menjaga pertumbuhan kinerja positif di tengah solidnya kerja sama dengan digital bank dan lending partnership yang berpotensi meningkatkan nasabah baru,” ucap Ayu kepada Kontan.co.id, Selasa (11/4).
Baca Juga: Diuntungkan Pelemahan Harga Batubara, Simak Rekomendasi Saham INTP Berikut Ini
Ayu menyebutkan, ARTO juga berhasil meningkatkan jumlah nasabah menjadi 6.9 juta atau naik 21% YoY dengan penurunan pada Cost Per Acquisition (CPA) sebesar -35% dibanding kuartal IV-2021. Hal ini berpotensi meningkatkan NII Bank Jago di tengah pengelolaan manajemen risiko perusahaan.
Hanya saja, tingginya suku bunga Bank Indonesia (BI) berpotensi meningkatkan cost of fund ARTO. Hal ini juga tercermin dari COF emiten perbankan ini yang naik menjadi 2.8% pada kuartal IV-2022 dari 2.0% di kuartal sebelumnya. Ayu merekomendasikan trading buy pada ARTO dengan target harga di level Rp 2.800 per saham.
Sementara itu, Prasetya merekomendasikan hold saham ARTO dengan target harga sebesar Rp 2.400 per saham. Sejak Februari 2023, harga saham ARTO memang terpantau turun sekitar 30% pasca dikeluarkannya saham ARTO dari indeks MSCI Indonesia yang memicu arus keluar modal dari saham tersebut.
Faktor lainnya, sentimen negatif dari kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat turut membayangi harga saham ARTO.
Prasetya masih melihat bahwa akan ada tekanan jangka pendek yang menekan saham ARTO.
Tetapi dalam jangka panjang, ARTO diyakini mampu menyalurkan lebih banyak produk pinjamannya sendiri dan meningkatkan porsinya dalam portofolio kredit menjadi lebih dari 40%, sehingga meningkatkan rasio NIM dan menurunkan biaya kredit sekitar 3%-4%, setelah ARTO meningkatkan rasio NPL coverage hingga lebih dari 200%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News