kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Koreksi 4 Hari Berturut-turut, Simak Proyeksi Harga Emas dan Perak Hingga Akhir 2025


Rabu, 09 April 2025 / 18:32 WIB
Koreksi 4 Hari Berturut-turut, Simak Proyeksi Harga Emas dan Perak Hingga Akhir 2025
ILUSTRASI. Seorang karyawan mengangkut ingot emas murni 99,99 persen di ruang kerja selama produksi di pabrik logam mulia Krastsvetmet di kota Krasnoyarsk, Siberia, Rusia, 23 Mei 2024.


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aset logam mulia seperti emas dan perak tetap menarik untuk dilirik, meskipun sempat berada dalam zona koreksi selama empat hari berturut-turut. Ini disokong oleh peningkatan tensi perang dagang China – Amerika Serikat (AS).

Melansir Reuters, harga emas spot pasca cetak rekor terbarunya sudah terkoreksi 4% ke US$ 3.039,18 per ons troi pada perdagangan Rabu pukul 17.47 GMT (9/4). Tapi angka ini sudah naik 15,8% sejak awal tahun 2025.

Sementara itu perak diperdagangkan US$ 30,3 per ons, menguat 1,54% dari perdagangan sebelumnya yang mendekati level terendah sejak awal tahun sebesar US$ 29,71 per ons.

Baca Juga: Masih Ada Potensi Bullish Emas & Perak Tahun Depan Karena Trump Memicu Ketidakpastian

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, mengamati, koreksi kemarin tidak terlepas dari pengaruh sentimen utama global. Pasca aksi serang tarif antaran China dan AS, kekhawatiran akan eskalasi perang dagang dan potensi perlambatan ekonomi global semakin meningkat.

Sekedar informasi, Presiden AS Donald Trump tak tanggung-tanggung membalas bentuk perlawanan China dengan mengumumkan kenaikan tarif sebesar 104% pada barang impor dari China, dan berlaku efektif mulai hari ini.

"Kondisi ini memang bisa menjadi katalis positif bagi aset safe heaven seperti emas, tetapi tetap saja, berkaca dari situasi saat ini, investor cenderung mengalihkan aset mereka ke bentuk tunai seperti mata uang Jepang dan Swiss yang unggul melampaui dolar AS," terang Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (09/4).

Menurut Nanang, momentum profit taking yang terus berlanjut juga turut memperpanjang koreksi harga emas, mengingat pekan lalu harga emas melesat tinggi hingga kembali mencetak rekor terbarunya di level US$ 3.166 per ons (02/4).

Baca Juga: Awal 2025, Harga Emas dan Perak Diproyeksi Naik Lebih Lambat Dipicu Sentimen Trump

Ditambah dengan kenaikan imbal hasil pada surat utang Pemerintah AS di seluruh tenor waktu kompak meningkat. Hal ini semakin menekan daya tarik aset yang tak memiliki imbal hasil seperti emas dan perak, karena investor lebih tertarik pada alternatif instrumen yang menawarkan bunga.

"Khusus perak, 50% dari permintaannya berasal dari sektor industri, termasuk elektronik, pannel surya, dan kendaraan listrik. Jadi, yang dikhawatirkan bukan hanya permintaan pada aset nya, tetapi juga pada permintaan industri untuk perak yang juga berkontribusi besar dalam menentukan harga ke depannya," jelas Nanang.

Meskipun begitu, Nanang tetap menaruh optimismenya pada aset logam industri, mengingat faktor eksternal global seperti ketegangan Timur Tengah dan eskalasi terbaru perang dagang masih terus berlangsung dan tidak ada tanda-tanda mereda dalam waktu dekat ini.



TERBARU

[X]
×