Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemangkasan anggaran infrastruktur menekan prospek bisnis PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Di samping itu, emiten pelat merah ini dihadapkan persaingan ketat dari pemain semen domestik maupun semen luar negeri.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mencermati, SMGR saat ini menghadapi tantangan berat di tengah ketatnya persaingan di industri semen.
Persaingan semakin ketat usai pesaingnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), memperkuat posisi dengan akuisisi semen Grobogan.
"Sementara itu, akuisisi Semen Baturaja oleh SMGR belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam pangsa pasar," ujar Khaer saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/2).
Terlebih lagi, Khaer melihat, konsumsi semen masih lesu di awal tahun ini, dipengaruhi oleh melemahnya permintaan dari sektor properti dan infrastruktur.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Dibayangi Persaingan Ketat, Cek Rekomendasi Sahamnya
Pemangkasan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan berkurangnya dana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) turut berpotensi menekan permintaan semen terutama segmen curah.
Adapun Pagu indikatif Kementerian PU tahun ini dipangkas Rp 60 triliun menjadi Rp 50,48 triliun. Sedangkan, Pagu anggaran Otorita IKN tahun 2025 dipangkas Rp 1,15 triliun menjadi Rp 5,04 triliun.
Secara umum, Kiwoom Sekuritas memandang saat ini masih cenderung wait and see untuk sektor semen domestik. Namun demikian, peluang bagi SMGR tetap terbuka dengan strategi efisiensi biaya, serta diversifikasi produk untuk meningkatkan daya saing.
"Tantangan utama SMGR ke depan lebih ke menjaga profitabilitas di tengah tekanan harga dan kelebihan pasokan di industri semen domestik," imbuh Khaer.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Indonesia Richard Jerry memproyeksi, volume penjualan semen nasional tumbuh sebesar 2,3% yoy pada tahun anggaran 2025. Semen curah mungkin mencatatkan penjualan sedikit lebih baik 8% yoy, dibandingkan semen kantong yang diperkirakan datar sekitar -0,3% yoy.
Jerry melihat, penjualan semen yang diperkirakan datar akibat daya beli yang masih lemah. Program pemerintah untuk mendukung rumah tangga berpendapatan rendah dinilai masih memerlukan waktu untuk akhirnya mengalir ke belanja rumah tangga seperti renovasi atau pembangunan rumah.
Sementara itu, pertumbuhan semen curah diperkirakakan akan moderat tahun ini, menyusul pemangkasan anggaran untuk sektor infrastruktur, Kementerian PU, dan IKN Nusantara.
"Kami pikir program 3 Juta Rumah dapat membantu meningkatkan pertumbuhan volume semen curah, tetapi kami belum memasukkan skenario ini dalam estimasi kami karena kurangnya kejelasan," ungkap Richard dalam riset 7 Januari 2025.
Baca Juga: Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Intip Program 3 Juta Rumah
Adanya kontribusi merek tarung (fighting brand) yang lebih tinggi dari total penjualan emiten semen seperti SMGR dan INTP, mengindikasikan daya beli masyarakat turun. Semen merek tarung seperti Semen Padang, Baturaja, Merdeka (SMGR) dan Semen Rajawali (INTP) yang harganya lebih murah daripada merek utama telah berkontribusi 15%-25% terhadap total penjualan per September 2024.
"Kami melihat rasio fighting brand yang lebih tinggi sebagai akibat dari penurunan perdagangan di sektor semen, yang kami perkirakan akan terus berlanjut," imbuh Richard.
Pada SMGR, Richard memperkirakan volume penjualan semen domestik bakal membaik. Hanya saja, ekspor kemungkinan datar tahun ini karena meningkatnya persaingan terutama dari China.
SMGR berencana mengekspor semen (bukan klinker) ke pasar AS, yang menurut manajemen akan dihargai sama dengan harga curah domestik. Namun, mengingat proyek baru dimulai pada kuartal IV-2024, maka kontribusi terhadap rata-rata harga jual atau Average Selling Price (ASP) diperkirakan masih minim.
Richard menyebutkan, program 3 juta rumah dapat mendatangkan permintaan volume besar dengan harga pasar bagi SMGR. Selain itu, revisi ke atas anggaran infrastruktur dapat memberikan ruang pertumbuhan.
Richard menyarankan hold untuk SMGR dengan target harga sebesar Rp 3.900 per saham.
Sedangkan, Khaer merekomendasikan wait and see untuk SMGR dengan target harga di Rp 2.870 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News