Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan Juli 2025 sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% dari sebelumnya 5,5% pada Rabu (16/7). Ini menjadi penurunan ketiga sepanjang tahun ini, setelah sebelumnya dilakukan pada Januari dan Mei 2025 dengan masing-masing sebesar 25 bps.
Kebijakan moneter ini dinilai memberikan peluang bagi emiten untuk memperoleh pendanaan eksternal, seperti melalui fasilitas pinjaman dari perbankan.
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Indo Tambangraya (ITMG) Belum Tertarik Akses Pendanaan Eksternal
Analis Korean Investment and Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menjelaskan penurunan suku bunga membuka peluang bagi emiten untuk mengakses pendanaan melalui fasilitas perbankan.
Pendanaan dari perbankan dinilai lebih cepat dan fleksibel, sehingga cocok dimanfaatkan oleh emiten yang membutuhkan modal kerja dalam waktu singkat, seperti di sektor konstruksi, ritel, dan manufaktur.
Namun, bagi emiten besar dengan peringkat kredit yang baik, pendanaan melalui penerbitan obligasi tetap menjadi opsi menarik. Selain potensi kupon yang lebih rendah, minat investor terhadap pasar obligasi saat ini juga masih tergolong tinggi.
"Pendanaan perbankan dan obligasi bisa saja dilakukan para emiten, tergantung dari strategi masing-masing emiten," kata Wafi kepada Kontan, Jumat (18/7).
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Kalbe Farma (KLBF) Tetap Andalkan Pendanaan Internal
Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, menilai penurunan suku bunga BI akan berdampak pada penurunan biaya dana (cost of fund/CoF) bagi perbankan. Hal ini nantinya akan diikuti oleh penyesuaian suku bunga kredit.
"Walaupun perbankan tidak akan agresif dalam menurunkan suku bunga kredit, kami melihat dengan gap antara 6 bulan hingga 12 bulan ke depan suku bunga kredit akan turun," ucap Harry kepada Kontan, Jumat (18/7).
Efek ke IHSG
Wafi menilai penurunan BI rate dapat membuat valuasi IHSG menjadi lebih menarik, khususnya bagi sektor-sektor defensif dan yang sensitif terhadap suku bunga. Penurunan ini juga menurunkan risk premium, yang berpotensi menjadi katalis bagi investor asing untuk kembali masuk ke pasar.
"Untuk jangka panjang harus liat juga potensi perubahan BI rate ke depannya serta faktor ekonomi lainnya," tambah Wafi.
Sementara itu, Harry menjelaskan IHSG masih berada dalam tren kenaikan, didorong oleh meningkatnya likuiditas, tumbuhnya minat investor asing, serta potensi sentimen positif dari pergerakan saham-saham seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dalam waktu dekat.
Selanjutnya: Bank Mandiri Dukung Koperasi Desa, Perkuat SDM dan Akses Digital
Menarik Dibaca: Cadbury Dairy Milk Gandeng Enhypen Rilis Cokelat Susu Klasik dengan Resep Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News