Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengungkapkan strategi untuk mengantisipasi tren penurunan harga nikel di pasar global.
Mengutip Trading Economics, harga nikel global berada di level US$ 15.117 per ton pada Jumat (18/7). Sejak awal tahun, harga nikel telah terkoreksi 1,19% year to date (ytd).
Head of Corporate Finance & Investor Relations Vale Indonesia Andaru Brahmono Adi mengatakan, ada beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh INCO untuk mengantisipasi harga nikel yang melandai.
Pertama, INCO secara internal aktif melakukan efisiensi biaya operasional yang mana upaya ini sudah dilakukan sejak akhir 2024 sampai sekarang.
Kedua, INCO berusaha melakukan diversifikasi produk komoditas yang dijual. Selama 50 tahun, INCO hanya menjual nikel matte untuk diekspor ke Jepang.
“Sekarang kami sudah bisa jual nikel ore saprolit secara domestik, sehingga itu bisa menambah pendapatan,” ujar Andaru ketika ditemui Kontan, Jumat (18/7).
Baca Juga: Harga Nikel Turun, Intip Prospek dan Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)
Ketiga, INCO berusaha melakukan improvisasi terkait penerapan teknologi pertambangan maupun pengolahan hasil tambang. Improvisasi ini diyakini bisa membuat investasi yang dikeluarkan INCO menjadi lebih efisien.
Di samping itu, manajemen INCO juga berharap proses revisi Rancangan Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2025 bisa segera tuntas. INCO telah mengajukan revisi RKAB 2025 sejak April lalu, di mana perusahaan ini menyasar pada perubahan rencana produksi di tambang Blok Bahodopi.
Sebab, tambang Bahodopi dinilai sudah siap beroperasi. Kontraktor dan peralatan tambang tersebut juga sudah siap di lapangan.
“Kami sudah lolos evaluasi dan dapat tanda tangan dari beberapa direktur di Direktorat Minerba ESDM. Kami masih tunggu untuk final approve. Kami optimis bisa dapat (revisi RKAB),” ungkap Andaru.
Jika revisi RKAB ini bisa diperoleh, lanjut Andaru, ada potensi produksi nikel INCO akan meningkat pada sisa tahun 2025.
Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, harga nikel memang masih berada di level rendah, namun peluang penurunan yang lebih dalam relatif sudah terbatas. Ada potensi bahwa harga nikel akan membaik pada semester II-2025 seiring dengan pulihnya ekonomi global dan meredanya isu tarif impor.
“Kami perkirakan rata-rata harga nikel tahun ini bisa mencapai US$ 15.500—16.000 per ton,” tutur dia, Jumat (18/7).
Perbaikan harga nikel ini bisa menjadi momentum bagi INCO untuk meningkatkan kembali kinerja operasional dan keuangannya pada semester II-2025. Wafi pun merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 4.300 per saham.
Baca Juga: INCO Tancap Gas dengan Proyek-proyek Baru, Simak Rekomendasi Sahamnya
Selanjutnya: AS Turunkan Tarif Produk RI, Indonesia Siap Beli Gandum US$1 Miliar
Menarik Dibaca: Cadbury Dairy Milk Gandeng Enhypen Rilis Cokelat Susu Klasik dengan Resep Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News