Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Pergerakan rupiah kian liar. Di pasar spot sampai dengan Senin (16/12), rupiah ditutup di level 12.105 atau naik 0,08% dibanding hari sebelumnya. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) kondisi rupiah juga semakin mengenaskan. Rupiah berakhir melemah 0,19% ke level harga 12.105, level terendah dalam hampir lima tahun terakhir.
Kurs tengah BI menunjukkan, rupiah anjlok 25% sejak akhir 2012. Rupiah juga merosot 19% di pasar spot pada periode yang sama. Dengan penurunan ini, rupiah mencatat kinerja terburuk di Asia.
Ada banyak faktor kenapa mata uang Garuda ini bisa semakin terjerembab. Rully Arya Wisnubroto, analis pasar uang Bank Mandiri mengatakan, di pengujung tahun 2013 ini, rupiah masih banyak mendapat tekanan. Selain permintaan dollar AS yang tinggi menjelang akhir tahun, rupiah belum juga tertekan defisit current account Indonesia.
Tekanan besar juga datang dari kekhawatiran pasar terhadap kinerja ekspor. Defisit neraca perdagangan belum mereda hingga akhir tahun ini. Sedangkan tekanan yang lain datang dari kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan lesu tahun ini.
Dari sisi global, data ekonomi penting Amerika Serikat (AS), salah satunya data pengangguran yang belakangan membaik juga telah menopang pergerakan dollar AS. Alhasil, mata uang Negeri Paman Sam terus bergerak perkasa terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah. "Beruntung, pelemahan rupiah yang lebih tajam bisa teredam oleh aksi intervensi BI beberapa waktu belakangan ini," kata Rully.
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pergerakan rupiah hingga kemarin, masih terbatas, karena kuatnya isu pemangkasan stimulus AS. Jika The Fed memangkas stimulus, arus capital outflow dari pasar Asia dan khususnya Indonesia akan bertambah sehingga menekan rupiah. "Bila pemangkasan stimulus tidak dilakukan Desember ini, bisa saja dilakukan pada Januari-Maret 2014 sehingga pelaku pasar akan lebih memilih AS," ujar Albertus.
Dari dalam negeri, permintaan dollar AS yang masih tinggi turut menekan rupiah. Albertus menilai, tingkat suku bunga BI yang tinggi dengan tujuan untuk menopang pelemahan rupiah, justru dipandang oleh investor sebagai faktor yang memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Rully memperkirakan, pelemahan rupiah kemungkinan besar masih berlanjut. Tanpa memperhitungkan pengurangan stimulus moneter AS pada hasil keputusan pertemuan Bank Sentral AS 17-18 Desember mendatang, rupiah sampai akhir tahun diperkirakan masih akan melemah di kisaran 11.500-12.000.
Untuk prediksi hingga akhir tahun, Albertus bilang, rupiah masih akan melemah di level 12.250-12.450. Namun, rupiah tidak akan sampai menembus level 13.000 hingga akhir tahun karena BI akan intervensi ketika rupiah sudah berada di atas 12.500. "Harusnya tidak sampai 13.000 karena diharapkan ada intervensi dari BI. BI akan menahan di kisaran 12.000," kata dia.
Sedangkan untuk pergerakan hari ini, Albertus memproyeksikan, rupiah masih akan ada di kisaran 12.075-12.170. Rully memperkirakan, rupiah akan bergerak datar di kisaran 11.900- 12.200, hari ini, sembari menunggu hasil rapat Bank Sentral AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News