Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan pada kuartal I-2025, baik dari sisi laba bersih maupun pendapatan.
Berdasarkan laporan keuangannya, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar US$ 31,37 juta, turun 33,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 47,51 juta.
Dari sisi pendapatan, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini juga mengalami penurunan tipis 1,75% secara tahunan, dari US$ 103,32 juta menjadi US$ 101,51 juta per akhir Maret 2025.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas Theodorus Melvin mengungkapkan, penurunan laba bersih PGEO terutama disebabkan oleh kenaikan beban pokok pendapatan yang mencapai US$ 43 juta atau naik 7% (YoY) dan meningkat 32% (QoQ), serta kerugian selisih kurs sebesar US$ 9 juta, berbanding terbalik dengan kuartal I-2024 dan kuartal IV-2024 yang mencatatkan keuntungan selisih kurs masing-masing sebesar US$ 5 juta dan US$ 3 juta.
Meski demikian, Melvin menerangkan bahwa PGEO masih membukukan kinerja yang cukup solid, dengan EBITDA stabil di kisaran US$ 84 juta pada kuartal I-2025, hanya turun tipis 2% secara tahunan dan naik 21% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Catat Penurunan Laba Bersih 33,97% Kuartal I 2025
"Secara prospek, operasional PGEO masih cukup positif karena manajemen menargetkan bahwa produksi listrik tahun 2025 masih meningkat 2,1% YoY yang utamanya didorong oleh mulai beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2," kata Melvin kepada Kontan, Senin (28/4).
Selain itu, PGEO bersama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) juga sedang melakukan ekspansi PLTP melalui skema co-generation (230 MW) yang memanfaatkan panas buangan dari pembangkit listrik di hampir seluruh area operasi.
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menjelaskan bahwa kinerja PGEO yang melemah pada kuartal I-2025 disebabkan oleh kenaikan beban pokok pendapatan dan biaya langsung yang lebih tinggi dibandingkan penurunan pendapatan. Walaupun pendapatan hanya berkurang 1,75% YoY, beban pokok dan biaya langsung justru meningkat 6,76% YoY.
Meski begitu, Sukarno menilai prospek PGEO tetap menjanjikan. Emiten ini berencana menambah kapasitas, yang berpotensi mendongkrak pendapatan ke depan.
"Untuk prospek tetap ada, karena emiten akan menambahkan kapasitas 55 MW pada tahun ini, sehingga peluang meningkatkan pendapatan nantinya," ujar Sukarno kepada Kontan, Senin (28/4).
Adapun pergerakan harga saham PGEO saat ini sudah price in di kuartal I-2025 dan mulai pulih masuk ke kuartal II-2025. Sukarno juga memberikan rekomendasi trading buy saham PGEO di target harga Rp 1.000 per saham.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhamad Wafi, menilai tren saham PGEO saat ini berada dalam fase bullish.
"Namun, dalam jangka pendek ada potensi koreksi untuk menguji area support pada bullish channel," ujar Wafi kepada Kontan, Senin (28/4).
Untuk jangka pendek, Wafi merekomendasikan strategi buy on weakness di level Rp 1.500, dengan target resistance di Rp 1.950.
Sementara untuk jangka panjang, ia menyarankan wait and see sambil menantikan perkembangan kinerja pada kuartal II-2025.
Pada penutupan perdagangan Senin (28/4), harga saham PGEO berada di posisi Rp 925 per saham atau melemah 4,15% dalam sehari. Secara tahun berjalan, pergerakan harga saham ini terkoreksi 1,07%.
Selanjutnya: Bunga Deposito Bank Digital Masih Menggiurkan, Simak Tips dari Perencana Keuangan
Menarik Dibaca: Tren Kejahatan Siber 2025: Email Phising Berkeliaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News