Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
Efek El Nino
Ekspektasi meningkatnya permintaan CPO juga terasa. Hal ini tercermin dari aktivitas re-stock-ing sejumlah negara pengimpor minyak sawit mentah.
Analis Bahana Securities Andrew Franklin Hotama menjelaskan, El Nino akan kembali melanda mulai semester kedua tahun ini. Hal tersebut didasari oleh hasil kajian El Nino Southern Oscillation (ENSO). Lembaga itu menaikkan status anomali cuaca menjadi El Nino Watch, belum lama ini. "Artinya, potensi El Nino pada semester II-2017 sudah mencapai 50%," kata Andrew dalam risetnya.
Karena itu, ia masih optimistis dengan katalis positif harga CPO. Andrew berasumsi, harga CPO akan bertahan di level US$ 700 per ton hingga akhir tahun ini, naik 9% dibanding rata-rata harga CPO tahun lalu.
Joni menambahkan, faktor dalam negeri juga mendukung prospek emiten perkebunan. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan berupaya memperkuat minyak sawit Indonesia di pasar Eropa.
Memang, pendapatan sejumlah emiten minyak sawit mentah seperti AALI berasal dari pasar domestik. "Tapi, rencana pemerintah meningkatkan ekspor minyak sawit ke pasar Eropa akan semakin memperkuat permintaan di tengah kemungkinan produksi yang lebih tinggi pada tahun ini," jelas Joni.
Atas dasar itu, dia menjagokan saham AALI. Joni memprediksi, pendapatan AALI tahun ini bisa meningkat 10% dibandingkan tahun lalu. Adapun laba bersihnya diperkirakan mencapai Rp 2,17 triliun pada akhir tahun nanti.
Joni merekomendasikan buy AALI dengan target Rp 18.150 per saham. Ini mencerminkan price to earning ratio (PER) 16,1 kali. Harga AALI, Jumat (31/3) lalu sebesar Rp 14.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News