Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten industri pertambangan bijih logam PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) diprediksi meningkat pada tahun 2024. Salah satu penyokong kenaikan kinerja MDKA adalah kenaikan produksi tembaga sebesar 14.000-16.000 ton di tahun ini.
Adapun angka tersebut naik dibandingkan dengan produksi tembaga di tahun 2023, yang hanya sebesar 12.706 ton.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan, pertumbuhan tembaga milik Merdeka Copper Gold di tahun 2024 akan positif, dengan perkiraan harga di kisaran US$ 8.600 per ton.
Baca Juga: Kinerja Merdeka Copper Gold (MDKA) Diprediksi Tumbuh pada 2024
Felix menuturkan, MDKA membukukan laba bersih di kuartal IV-2023 sebesar US$ 3 juta. Sedangkan rugi bersih sebesar US$ 21 juta di tahun 2023.
“Rugi bersih tersebut disebabkan oleh peningkatan biaya pengolahan menjadi US$ 1,4 miliar atau naik 211% secara year on year (YoY) dan juga penurunan ASP nikel,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Rabu (15/5).
Meski begitu, pada tahun 2023, MDKA mengumumkan peningkatan indicated resources pada Proyek Tembaga Tujuh Bukit Banyuwangi yang mencapai 755 juta ton dari sebelumnya 442 juta ton dengan kandungan tembaga 0,47% dan emas 0,5 gram/ton.
Lebih lanjut, Felix menuturkan bahwa MDKA menargetkan produksi emas sebesar 100.000 ons–120.000 ons dan tembaga 14.000 hingga 16.000 ton. Dengan total biaya tunai masing-masing sebesar US$ 900 hingga US$ 1.050 per oz dan US$ 3,25 hingga US$ 4 per lb.
Baca Juga: Saham Defensif & Komoditas Berikut Bisa Jadi Pilihan Saat Capital Outflow Masih Deras
Selain itu, MBMA juga menargetkan produksi Nickel Pig Iro (NPI) dan nikel matte sebesar 85.000 hingga 92.000 ton dan 50.000 hingga 55.000 ton. Dengan total biaya tunai masing-masing sebesar US$ 10.000 hingga US$ 12.000 per ton dan US$ 13.000 hingga US$ 15.000 per ton.
Namun, dia memprediksi harga komoditas nikel akan lebih rendah di tahun 2024. Hal ini menjadi tantangan utama yang cukup besar bagi MDKA.
Felix merekomendasikan buy untuk MDKA dengan target harga Rp 3.300 per saham. Hal ini dilandasi oleh peningkatan harga emas dan tembaga, kenaikan tren produksi khususnya produk nikel, dan inisiatif dalam supply chain EV battery.
“Namun patut dicermati peluang penurunan harga komoditas terkait, yang menjadi downside risk MDKA,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News