Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten industri pertambangan bijih logam PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) diprediksi naik pada tahun 2024. Prediksi ini disokong oleh target produksi tembaga sebesar 14.000-16.000 ton di tahun ini.
“Angka tersebut naik signifikan dibandingkan dengan produksi tembaga di tahun lalu yang sebesar 12.706 ton,” kata Analis KB Valbury Sekuritas, Benyamin Mikael dalam riset 5 April 2024.
Benyamin mengatakan, MDKA diprediksi bisa mencapai laba tipis dengan kenaikan tembaga di tahun ini setelah rugi US$ 20,7 juta di tahun 2023. Benyamin menyebutkan, pada tahun 2024, MDKA menargetkan produksi emas lebih rendah sebesar 100.000-120.000 ons troi, dibandingkan jumlah produksi emas di tahun lalu yang mencapai 129.000 ons troi, dengan AISC yang lebih tinggi sebesar US$ 1.350-US$ 1.500 per ons troi.
Sementara itu, harga komoditas nikel yang lebih rendah akan menjadi tantangan utama MDKA di tahun 2024. Dengan begitu, Benyamin memproyeksikan perputaran laba dari rugi bersih sebesar US$ 21 juta menjadi sedikit laba sebesar US$ 3 juta pada tahun 2024.
Baca Juga: Usai Melejit 1,36%, Begini Arah IHSG & Rekomendasi Saham Untuk Kamis (16/5)
Selaras dengan hal ini, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus menilai, banyak peluang yang dapat diraih MDKA di tahun ini, sejalan dengan kenaikan produksi tembaga. Tutupnya salah satu tambang tembaga terbesar di dunia yang ada di Panama dan rendahnya stok tembaga di bursa Shanghai dapat menjadi sentimen positif bagi MDKA.
Selain itu, Nico mengatakan bahwa proyek Tembaga Tujuh Bukit Banyuwangi milik MDKA terindikasi adanya peningkatan cadangan tembaga dari sebelumnya 442 juta ton menjadi 755 juta ton. Sehingga harapannya peluang dan meningkatnya cadangan tembaga milik MDKA dapat menutupi beberapa risiko yang tengah dihadapi sektor nikel.
Adapun risiko tersebut seperti adanya tipe baterai LiFP yang menggeser permintaan akan nikel serta adanya perlambatan pertumbuhan perekonomian Tiongkok. Sebagai informasi, sektor nikel sendiri hingga akhir 2023 masih mendominasi pendapatan MDKA.
“Untuk sektor emas, kami cukup optimistis adanya peluang naiknya harga emas akibat tingginya permintaan, jika tensi geopolitik semakin memanas di Timur Tengah,” kata Nico kepada Kontan.co.id, Rabu (15/5).
Menurut Nico, hal tersebut dapat memberikan sentimen positif bagi kinerja MDKA ke depannya, karena akan memberikan peningkatan kinerja di tengah tingginya ketidakpastian. Untuk itu, ia memprediksi kinerja Merdeka Copper Gold masih cukup positif di tahun ini.
Baca Juga: Butuh Modal Ekspansi, Merdeka Copper Gold (MDKA) akan Menggelar Private Placement
Sementara itu, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, prospek bisnis MDKA di tahun ini masih cukup positif dengan sejumlah proyek yang sedang di garap, mulai dari hulu tambang hingga hilirisasinya yang akan mempengaruhi kinerja di periode mendatang.
Untuk diketahui, Merdeka Group setidaknya memiliki enam proyek yang sedang digarap MDKA dan MBMA. Antara lain, proyek Tembaga Tujuh Bukit. Proyek ini terletak di bawah Tambang Emas Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur yang dioperasikan oleh anak perusahaan MDKA, PT Bumi Suksesindo.
“Di sisi lain, kami kira fluktuasi harga jual komoditas tetap menjadi faktor utama yang akan menentukan kinerja MDKA ke depannya,” kata Miftah saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/5).
Meski demikian, Miftahul optimistis bahwa MDKA akan berada dalam posisi yang lebih baik di paruh kedua tahun ini. Hal itu didasari oleh permintaan yang lebih baik yang sebagian didukung oleh perbaikan dalam ekonomi global.
“Sehingga hal itu dapat menghasilkan sentimen lebih baik lagi untuk harga komoditas secara keseluruhan, terutama di China sebagai pusat komoditas logam,” kata dia.
Muftahul merekomendasikan hold terlebih dahulu untuk MDKA dengan target harga Rp 2.930 per saham. Nico merekomendasikan buy on weakness MDKA dengan target harga di kisaran Rp 2.880-Rp 3.250 per saham. Sedangkan Benyamin merekomendasikan hold untuk MDKA dengan target harga yang lebih rendah di Rp 2.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News