Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) pun mengalami nasib yang sama. Emiten batubara besutan Dato' Dr. Low Tuck Kwong ini membukukan penurunan laba bersih sebesar 12.28% secara tahunan menjadi US$ 1 miliar. BYAN membukukan laba bersih periode berjalan sebesar US$ 108,22 juta atau turun 48,36% secara tahunan.
Manajemen BYAN menyebut, sejak pandemi Covid-19 mewabah, Indeks batubara Newcastle yang menjadi acuan (benchmark) mengalami penurunan secara signifikan, namun mulai bangkit kembali pada akhir kuartal ketiga 2020. Harga jual rerata (ASP) di kuartal ketiga sebesar US$ 34,6 per metrik ton, lebih rendah dari harga yang menjadi patokan pada anggaran hasil revisi yakni US$ 36,7 per metrik ton. Ini sehubungan dengan penurunan yang lebih besar dari yang diperkirakan pada Indeks Newcastle dan ICI4.
Baca Juga: Selamat Sempurna (SMSM) buka peluang pasok komponen mobil listrik
Diantara emiten batubara bahkan ada yang mengalami kerugian di kuartal ketiga 2020. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) misalnya, membukukan kerugian bersih senilai US$ 137,3 juta. Realisasi ini berbanding terbalik dengan torehan laba bersih per September 2019 yang mencapai US$ 76,1 juta. Selain itu, pendapatan BUMI juga menurun sebesar 19% secara tahunan menjadi US$ 2,77 miliar dari sebelumnya US$ 3,41 miliar.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, realisasi harga batubara pada hingga September2020 mengalami penurunan 14% yang dipicu oleh kondisi ekonomi global dan pasar yang negatif. Hal ini berimbas pada permintaan batubara pada pasar utama BUMI. Selain itu, terjadi penurunan pada volume penjualan sebesar 5% secara tahunan karena terkoreksinya permintaan batubara China dan India.
Selanjutnya: Harga saham GIAA (Garuda Indonesia) naik 35% seminggu, cek PER dan PBV-nya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News