Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) stagnan sepanjang 2019. Laba bersih Astra International sepanjang 2019 tercatat Rp 21,7 triliun atau hanya tumbuh 0,18% dari 2018 yang mencapai Rp 21,67 triliun. Adapun pendapatan bersih konsolidasian grup pada tahun 2019 menurun 1% menjadi Rp 237,2 triliun.
Sepanjang tahun lalu, laba bersih dari bisnis otomotif turun sebesar 1% menjadi Rp 8,4 triliun. Penjualan mobil Astra turun 8% menjadi 536.000 unit. Penjualan mobil secara nasional turun 11% menjadi 1,03 juta unit pada tahun 2019. Penjualan sepeda motor secara nasional meningkat 2% menjadi 6,5 juta unit pada tahun 2019.
Baca Juga: Penyebab bisnis otomotif Astra International (ASII) tertekan sepanjang 2019
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, prospek bisnis otomotif ASII masih menghadapi banyak tantangan tahun ini setelah mengalami tren penurunan sepanjang 2019.
Terlebih, pendapatan mayoritas ASII memang diperoleh dari bisnis otomotif. Perlambatan ekonomi secara global dan meluasnya wabah virus corona diprediksi bakal berdampak terhadap bisnis otomotif.
Baca Juga: Pendapatan turun tipis, laba Astra International (ASII) mencapai Rp 21,71 triliun
Namun, secara keseluruhan saham ASII masih menarik lantaran perusahaan ini juga mendiversifikasi usaha yang kuat. Wawan mengatakan, lini bisnis jasa keuangan dapat menjadi penopang pendapatan ASII di tengah lesunya bisnis otomotif.
Terlebih pada akhir tahun lalu, Astra International (ASII) telah melepas Bank Permata (BNLI) yang dapat meningkatkan kas perusahaan ini. Sebagai salah satu strategi mempertahankan pendapatan, ASII dapat mengoptimalkan lini bisnis lainnya. Wawan memprediksi, kinerja keuangan ASII pada 2020 juga bakal cenderung stagnan.
Baca Juga: Simak target United Tractors (UNTR) untuk tahun 2020
Bagi investor yang ingin mengoleksi saham ASII, dia menyarankan investor untuk melakukan akumulasi beli saham ini dalam jangka panjang dengan target harga Rp 7.500 hingga Rp 8.000. Pada penutupan perdangan Kamis (27/2), saham ASII ditutup melemah 1,65% ke level Rp 5.950.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas juga menyampaikan hal serupa. Dia melihat, prospek ASII pada tahun ini bakal ada hambatan. Salah satu faktornya, daya beli masyarakat melemah.
“Target pertumbuhan ekonomi terbaru direvisi menjadi 4,6%, artinya ada kekhawatiran akibat virus corona mempengaruhi ekonomi China,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (27/2).
Baca Juga: IHSG anjlok 2,69% ke 5.535 pada akhir perdagangan Kamis (27/2)
Sukarno menambahkan, pelemahan ekonomi secara tidak langsung menjadi acuan bahwa prospek ASII belum dapat moncer untuk tahun ini. Ditambah, tren pelemahan harga komoditas juga menjadi tantangan bagi ASII. Sehingga dia merekomendasikan investor untuk jual saham ASII.
“Target penurunan harga ke level Rp 5.000. Strategi selanjutnya jika menyentuh level itu baru bisa direkomendasi buy lagi, itu pun jika harga menguat setelah menyentuh Rp 5.000,” pungkas Sukarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News