Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) sepanjang 2017 lalu kinclong. Laba bersih perusahaan ini meningkat 24,58% menjadi Rp 18,88 triliun. Pertumbuhan laba ASII disokong oleh pendapatan yang juga mendaki 14% menjadi Rp 206,06 triliun.
Harga komoditas yang naik secara berkelanjutan menguntungkan bisnis alat berat dan pertambangan serta agribisnis ASII. Kontribusi laba dari bisnis alat berat dan pertambangan naik 47% jadi Rp 4,5 triliun.
Selain itu, PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga kembali mencatatkan untung. Tahun lalu, laba BNLI mencapai Rp 784 miliar. Angka ini jauh lebih baik ketimbang kerugian pada 2016 yang senilai Rp 6,5 triliun.
Namun, bisnis otomotif ASII masih lesu. Laba bersih dari segmen otomotif turun 3% menjadi Rp 8,9 triliun. Kenaikan laba bersih di bisnis komponen tak mampu mengimbangi penurunan penjualan mobil sekaligus tekanan diskon yang muncul lantaran persaingan yang ketat.
Prijono Sugiarto, Direktur Utama ASII, berharap, Grup Astra bisa terus diuntungkan dari kondisi ekonomi yang membaik serta harga komoditas yang stabil. "Meskipun, persaingan di pasar mobil akan terus meningkat," ujar Prijono, Selasa (27/2).
Bagi dividen
ASII juga berencana membagikan dividen final sebesar Rp 130 per saham. Rencana itu akan diusulkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada April nanti. Nilai dividen final ini di atas dividen final tahun 2016 sebesar Rp 113 per saham.
Usulan dividen final itu bersamaan dengan dividen interim Rp 55 per saham. Sehingga, total dividen 2017 yang akan ASII bagikan mencapai Rp 185 per saham, lebih tinggi dari total dividen 2016 yang senilai Rp 168 per saham.
Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest, mengatakan, pertumbuhan penjualan dan laba bersih ASII di 2017 tertinggi dalam lima tahun terakhir. Namun, secara year on year (yoy), pertumbuhan segmen bisnis otomotif relatif stagnan. "Ini patut diwaspadai," kata Aditya.
Pertumbuhan positif ASII ditopang segmen bisnis alat berat, konstruksi, pertambangan, serta jasa keuangan. Aditya menambahkan, dengan melihat kinerja konsolidasi, margin segmen otomotif kian kecil.
ASII akan memperkuat bisnis non-otomotif dengan tetap menjaga pangsa pasar yang ada. Rencana pengembangan bisnis non-otomotif ini menjadi katalis positif yang mendorong kinerja jangka panjang ASII.
Saat ini, Aditya menilai, price to earning ratio (PER) ASII sekitar 17,58 kali, dan rata-rata tiga tahun sekitar 19,16 kali. Karena kinerja positif itu, dia merekomendasikan akumulasi beli saham ASII dan pasang target harga Rp 8.900. Sedang Kiswoyo Adi Joe, Analis Recapital Asset Management menargetkan beli ASII, dengan target Rp 10.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News