kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Garuda Indonesia (GIAA) terpukul virus corona


Selasa, 31 Maret 2020 / 19:00 WIB
Kinerja Garuda Indonesia (GIAA) terpukul virus corona
ILUSTRASI. Maskapai Garuda Indonesia bersiap mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Herlina Kartika Dewi

Fahressi juga memperkirakan pendapatan Garuda Indonesia akan turun sebesar 11,5% menjadi US$ 4,5 juta sebagai imbas dari penurunan penumpang.

Padahal, kinerja Garuda Indonesia di tahun sebelumnya terbilang bagus dan di atas ekspektasi Sukarno. Sebagai informasi, Garuda Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar US$ 6,99 juta. Kondisi itu dapat dikatakan menjadi angin segar bagi Garuda Indonesia mengingat pada 2018, perusahaan plat merah ini justru mengalami kerugian hingga US$ 231,13 juta.

Catatan apik itu ditopang oleh pendapatan Garuda Indonesia yang tumbuh sebesar 5,54% menjadi US$ 4,57 miliar pada 2019. Naiknya pertumbuhan pendapatan itu diikuti dengan kontribusi penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 3,77 miliar. Sedang, penerbangan tidak terjadwal mencatat US$ 249,91 juta dan lainnya sebesar US$ 549,33 juta.

Baca Juga: Maskapai Penerbangan Mulai Setop Penerbangan

Sukarno menilai keberhasilan Garuda Indonesia dalam menekan beban usaha tahun 2019 juga menjadi indikator kesuksesan kinerja. Garuda Indonesia mampu menekan beban usaha sebesar 3,92% menjadi US$ 4,41 miliar dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 4,59 miliar.

Kondisi itu yang mengantarkan Garuda Indonesia dapat mencatatkan pertumbuhan total aset tahun 2019 sebesar 7,22% menjadi US$ 4,45 miliar yang pada tahun sebelumnya hanya US$ 4,15 miliar.

“Kinerja Garuda Indonesia tahun 2019 terbilang bagus dan di atas ekspetasi,” tegas Sukarno.

Dari segi fundamental, Garuda Indonesia saat ini memiliki kondisi yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Sukarno menilai tren rasio profitabilitas Garuda Indonesia yang sedang menunjukkan tren kenaikan jadi alasannya. Di samping itu, valuasi Garuda Indonesia sudah tergolong murah di mana PBV di bawah 1x atau 0,38x.

Selain efek penurunan penumpang akibat virus korona, Janson melihat Garuda Indonesia juga dihadapkan dengan meningkatnya risiko keuangan mereka akibat beban utang yang terbilang cukup besar. 

Sebagai informasi, Garuda Indonesia saat ini memiliki utang sebesar US$ 500 juta dengan jatuh tempo pada 3 Juni 2020. Tak hanya itu, Sukarno melihat rasio DER Garuda Indonesia juga berada di level 4x.

Kondisi itu yang membuat Garuda Indonesia berencana untuk melakukan refinancing dengan beberapa bank guna menghindari gagal bayar. 

“Masih dalam proses negosiasi,” kata Chief Executive Officer Garuda Indonesia Irfan Setiaputra ketika dihubungi oleh Kontan.co.id, Selasa (31/3).

Sukarno melihat langkah refinancing akan berpengaruh positif terhadap Garuda Indonesia. Mengingat tren suku bunga yang saat ini terhitung kecil sehingga akan berpengaruh pada utang baru Garuda Indonesia juga akan memiliki bunga yang kecil.

Ke depan, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memprediksi kinerja Garuda Indonesia akan ditopang oleh bisnis penerbangan kargo. Sedang Sukarno melihat Garuda Indonesia tahun 2020 akan lebih memfokuskan bisnisnya pada penerbangan domestik dan membuka rute penerbangan baru meski dibayangi oleh penyebaran virus corona.

Berkaca dari kondisi itu, Sukarno merekomendasikan investor untuk hold saham emiten Garuda Indonesia dengan target harga Rp 199 – Rp 224. Dalam jangka pendek, Sukarno menganjurkan investor untuk wait and see.

Fahressi juga merekomendasikan hold untuk saham emiten Garuda Indonesia dengan target harga Rp 150. 

Sementara, Nafan merekomendasikan buy untuk saham emiten Garuda Indonesia dengan target harga Rp 240.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×