kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja emiten properti tahun ini masih kokoh


Rabu, 01 April 2015 / 20:46 WIB
Kinerja emiten properti tahun ini masih kokoh
ILUSTRASI. Galeri ATM dan layanan digital Bank Central Asia (BCA).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Tahun ini prospek sektor properti diperkirakan lebih cerah. Tahun lalu sektor properti masih tumbuh gemilang di tengah beratnya tantangan yang menghadang seperti perlambatan ekonomi, inflasi, suku bunga dan tekanan nilai tukar.

Thendra Crisnanda, analis BNI Securities memperkirakan prospek sektor properti tahun ini masih akan lebih baik dari 2014. Emiten properti akan lebih agresif pada kuartal II lantaran adanya indikasi positif penurunan suku bunga atau BI rate. ”Kita perkirakan sektor ini masih tumbuh 19,6% tahun ini,” kata Thendra pada KONTAN, Rabu (1/3).

BI rate masih berpotensi mengalami penurunan sebesar 25 basis poin pada kuartal II sehingga sentimen positif bagi sektor properti semakin besar.

Kendati masih tumbuh, Thendra bilang pertumbuhan properti tahun ini tidak akan lebih baik dari tahun 2013. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi masih tumbuh moderat sehingga rata-rata pengembang tidak akan terlalu aktif meluncurkan produk-produk baru. Menurutnya, hanya emiten yang memiliki brand kuat saja yang akan tumbuh pesat seperti SMRA ,LPKR, BSDE dan CTRA.

Namun begitu emiten properti masih memiliki tantangan dari kondisi ekonomi domestik. Jika ekonomi kondusif maka daya beli masyarakat akan terjaga dan properti masih bisa tumbuh. Jika tidak, maka sebaliknya sektor ini akan dihadang oleh perlambatan.

Selanjutnya, arah tingkat suku bunga pinjaman. Jika bunga pinjaman masih tinggi maka akan menjadi tantangan mengingat pola develover yang tercatat di bursa masih didominasi KPR.

Selain itu, regulasi pemerintah tentang pembebasan lahan dan rencana pengenaan PPnBM. Jika regulasi tentang pembebasan lahan tidak jelas maka akan mempersulit pengembangn untuk menambah land bank, sedangkan ketidakjelasan.

Dan tantangan terakhir datang dari pelemahan rupiah. Menurut Thendra, emiten yang memiliki utang dalam denominasi dollar AS seperti LPKR dan ASRI akan tertekan oleh pelemahan rupiah. Kendati sudah dilakukan hedging, namun masih dalam batas sekita Rp 13.000. Sementara, rupiah masih ada kemungkinan melemah lagi sehingga beban utang semakin besar.

Thendra memperkirakan sektor properti masih bisa tumbuh 19,6% tahun ini dan lebih merekomendasikan LPKR, BSDE, CTRA, PWON dan KIJA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×