Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kinerja emiten properti dan tambang Grup Sinarmas sepanjang 2014 menunjukkan tren penurunan jika dibanding 2013 secara year-on-year (yoy).
Selain pertumbuhan pendapatan yang tidak maksimal, tingginya beban juga menjadi penyebab. Sinarmas memiliki dua perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kedua perusahaan itu adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI).
Tahun lalu, cuan BSDE memang menanjak sekitar 42% dari Rp 2,69 triliun menjadi Rp 3,82 triliun. Namun, jika dibandingkan pencapaian 2013 dibanding 2012, pertumbuhan itu jauh lebih kecil. Pada 2012, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp 1,28 triliun. Artinya, terjadi kenaikan hingga 110,15% per akhir 2013 yoy.
Dari sisi pendapatan usaha, tahun lalu BSDE mengalami penurunan pendapatan usaha dari Rp 5,74 triliun menjadi Rp 5,57 triliun. Sedangkan, jika tahun 2013 dibandingkan 2012 mencatatkan kenaikan hingga 54,3%.
Namun, BSDE mampu mendongkrak bottom line melalui pendapatan bunga dan investasi yang tahun lalu nilainya mencapai Rp 285,38 miliar. Sedangkan, DUTI, tahun lalu malah membukukan penurunan laba bersih sekitar 11,18%.
Laba bersih perseroan turun dari Rp 658,85 miliar menjadi Rp 585,14 miliar. Padahal, di tahun sebelumnya, Duta Pertiwi mampu menaikkan laba bersih hingga 24,58% yaitu dari Rp 528,83 miliar. Hal ini disebabkan pendapatan usaha perseroan yang susut dari Rp 1,6 triliun menjadi Rp 1,54 triliun.
Pencapaian tahun lalu ini tidak jauh berbeda dengan realisasi pendapatan usaha di 2012 yang sebesar Rp 1,56 triliun. Selain merosotnya pendapatan, DUTI juga harus menanggung beban bunga dan utang mudharabah senilai Rp 14,57 miliar. Tahun 2013, beban bunga perseroan hanya Rp 1,76 miliar.
Kinerja emiten batubara Grup yang dibangun oleh keluarga Eka Tjipta Widjaja ini juga redup tahun lalu. Pendapatan usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) terus menurun. Tahun lalu nilainya merosot dari US$ 606,81 miliar menjadi US$ 599,63 juta. Pendapatan di 2013 juta menipis dibanding tahun 2012 yang sebesar US$ 629,22 juta.
Namun, perseroan mampu mencetak laba bersih sebesar US$ 6,17 juta. Ini berkat adanya untung akibat selisih kurs bersih sekitar US$ 1,21 juta. Tidak hanya itu, DSSA juga membukukan penghasilan lain-lain bersih hingga US$ 3,35 juta. Adapun, di tahun 2013, DSSA mencatatkan kerugian sebesar US$ 11,92 juta. Adapun, di tahun 2012, DSSA mampu mengantongi laba bersih hingga US$ 16,06 juta.
Sementara itu, anak usaha DSSA, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), mengalami penurunan laba bersih sebesar 41,12% dari Rp 226,58 miliar menjadi Rp 133,41 miliar. Padahal, di tahun 2013, secara tahunan, laba bersih GEMS bisa naik sebesar 27,47% dari Rp 177,74 miliar.
Jika dilihat dari tren penjualan bersih, GEMS mampu mendongkraknya dari Rp 3,95 triliun di tahun 2012 menjadi Rp 4,42 triliun pada 2013 dan Rp 5,18 triliun di tahun lalu. Namun, masih volatilnya harga batubara membuat beban usaha membengkak.
Beban usaha GEMS tahun lalu mencapai Rp 1,12 triliun. Sedangkan, di 2013 dan 2012 beban usaha hanya Rp 326,02 miliar dan Rp 312,31 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News