Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten operator telekomunikasi berpotensi untuk terus meningkatkan kinerja di tengah pemulihan ekonomi. Kondisi ini memberikan peluang bagi perusahaan telekomunikasi untuk menawarkan produk dengan harga yang lebih kompetitif.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Gani, mengamati bahwa sepanjang tahun ini belum ada perang harga besar-besaran di industri telekomunikasi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan Average Revenue Per User (ARPU) dan basis pelanggan mereka.
Namun, daya beli yang lemah, terutama di segmen menengah ke bawah, telah menambah tantangan bagi emiten telekomunikasi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Telco Diproyeksi Positif, Cek Rekomendasi Saham TLKM, ISAT dan EXCL
Menurut Gani, lesunya ekonomi membuat operator tidak menaikkan tarif pada semester I-2024, berbeda dengan 2022-2023.
Meskipun Telkomsel. anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sempat meluncurkan paket Telkomsel Lite pada awal tahun, produk ini tidak terlalu memicu perang harga karena penawarannya hanya dilakukan di beberapa kota tertentu.
Sementara itu, pada September 2024, PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT) mulai menaikkan tarif paket data mereka sekitar 5%. Kenaikan ini terutama terjadi pada paket-paket populer seperti Freedom Combo, Freedom Internet, dan Freedom U dari ISAT, serta XL dan Axis dari EXCL. Namun, Telkomsel dan FREN belum melakukan penyesuaian harga yang signifikan.
Gani memprediksi penyesuaian tarif ini akan mendukung pertumbuhan ARPU pada kuartal IV-2024. Selain itu, prospek jangka panjang industri telekomunikasi tetap positif. "Kami melihat ada ruang bagi perusahaan untuk menaikkan harga lebih lanjut," kata Gani dalam riset pada 31 Oktober 2024.
Gani juga menyebutkan bahwa harga data di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara lain, sementara rasio ARPU terhadap PDB juga rendah. Pada 2023, rasio ARPU Indonesia tercatat 0,7%, lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Baca Juga: Menilik Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Telco di Tengah Kehadiran Starlink
Gani menilai Telkomsel, tetap menjadi pemimpin di sektor ini, sementara ISAT dan H3I mungkin menjadi runner-up.
Di sisi lain, EXCL dan FREN disarankan untuk bergabung agar bisa bersaing lebih baik. Penggabungan keduanya diperkirakan akan menciptakan perusahaan dengan sekitar 100 juta pelanggan, serta spektrum gabungan sebesar 152 MHz yang hampir setara dengan Telkomsel.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis, juga optimis terhadap sektor telekomunikasi hingga akhir 2024. Ia menyoroti upaya ISAT dengan menawarkan paket data murah serta strategi penurunan harga oleh EXCL untuk menjaga pangsa pasar.
Telkomsel juga tetap agresif dalam membidik segmen anak muda melalui produk ByU.
Meskipun kinerja emiten telekomunikasi diproyeksikan menurun pada kuartal ketiga 2024, Niko tetap optimis pendapatan TLKM, ISAT, dan EXCL akan tumbuh masing-masing 2%, 9%, dan 7,5% sepanjang tahun 2024.
Baca Juga: Cara investasi Saham Blue Chip Harga Murah
Niko merekomendasikan Buy untuk saham TLKM dengan target harga Rp 4.250 per saham, serta ISAT dan EXCL masing-masing dengan target harga Rp 3.300 per saham.
Gani juga memberikan rekomendasi serupa dengan target harga Rp 4.000 untuk TLKM, Rp 3.375 untuk ISAT, dan Rp 3.200 untuk EXCL.
Selanjutnya: OJK Berupaya Jaga Keberlangsungan Industri Lembaga Keuangan Mikro, Begini Caranya
Menarik Dibaca: Ini Cara Menghilangkan Noda Darah dari Pakaian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News