Reporter: Kenia Intan, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi plat merah, PTĀ Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatatkan pertumbuhan penjualan 11,11% sepanjang tahun 2019 menjadi Rp 9,4 triliun. Akan tetapi, kenaikan penjualan tersebut tidak diiringi peningkatan laba.
KAEF mengantongi laba tahun berjalan Rp 15,89 miliar pada 2019. Laba ini anjlok 97,03% dari tahun sebelumnya Rp 535,08 miliar.
Bahkan, Kimia Farma mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 12,71 miliar. Tahun 2018, KAEF mencatat laba Rp 491,56 miliar.
Berdasar laporan keuangan Kimia Farma yang dipublikasikan Jumat (27/3), pemberat kinerja KAEF sepanjang tahun 2019 adalah beban yang membengkak. Lonjakan beban terutama tampak pada beban keuangan.
Baca Juga: Turun tipis hari ini, harga saham Kimia Farma (KAEF) melesat 108,33% dalam sepekan
Beban keuangan emiten farmasi ini melonjak 119,16% menjadi Rp 497,97 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 227,22 miliar. Lonjakan beban bunga ini terjadi seiring dengan naiknya utang bank sepanjang tahun lalu.
Utang bank jangka pendek KAEF pada akhir 2019 mencapai Rp 5,23 triliun, naik 88,13% dari tahun sebelumnya Rp 2,78 triliun. Sedangkan utang bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam setahun bertambah 62,46% menjadi Rp 1,4 triliun.
Lonjakan beban juga terjadi pada beban selisih kurs mata uang asing meski secara nominal lebih kecil. Beban selisih kurs ini naik 95,36% secara year on year (yoy), dari sebelumnya Rp 2,59 miliar menjadi Rp 5,06 miliar.
Baca Juga: Sepanjang tahun 2019, penjualan Kimia Farma (KAEF) naik 11,1%
Untuk mendongkrak kembali laba tahun berjalannya, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno menjelaskan pihaknya akan mengembangkan dan melakukan percepatan komersialisasi produk khususnya produk bahan baku obat. "Sehingga dapat mengurangi impor beberapa item bahan baku dan dapat memanfaatkan potensi ekspor khususnya untuk ekspor bahan baku kosmetika ke Korea Selatan," kata Ganti kepada Kontan.co.id Jumat (27/3).
Adapun berdasar catatan Kontan sebelumnya, sejauh ini KAEF masih mengimpor 90% dari bahan bakunya. Sebesar 60% di antaranya dari China dan sisanya berasal dari India.
Induk usaha PT Phapros Tbk (PEHA) ini masih akan menggenjot pertumbuhan penjualan yang ditargetkan mencapai double digit tahun ini. Potensi penjualan yang akan dimaksimalkan seperti sektor produk food suplement dan multivitamin.
Baca Juga: Gesit ekspansi anorganik, saham Kimia Farma (KAEF) masih menarik
Asal tahu saja, meskipun penyebaran virus corona masih berlanjut, anak usaha PT Bio Farma ini masih akan melakukan ekspansi sambil tetap melakukan mitigasi risiko akibat dari virus tersebut. Langkah mitigasi yang dilakukan seperti, penanggulangan Covid-19 dari hulu hingga hilir supaya masyarakat lebih mudah mendapatkan akses layanan kesehatan, alat kesehatan, serta obat-obatan.
Adapun untuk melancarkan bisnisnya tahun ini, KAEF mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 2 triliun. Capex tersebut akan dimanfaatkan untuk ekspansi jaringan layanan kesehatan, pengembangan produk, dan pengembangan fasilitas produksi, khususnya fasilitas bahan baku obat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News