Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyerangan kilang minyak di Arab Saudi pada Sabtu (14/9) lalu memberi dampak positif bagi pergerakan harga logam mulia. Kenaikan tersebut mengerek kenaikan harga minyak dunia akibat lebih dari 5% pasokan minyak global hancur akibat penyerangan tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 17.20 WIB, harga emas untuk pengiriman Desember 2019 di Commodity Exchange ada di level ke US$ 1.511,90 per ons troi, naik 0,82% dari akhir pekan lalu yang ada di US$ 1.499,50 per ons troi.
Hal yang sama terjadi pula pada harga perak yang menguat 2,03% dan menempatkan silver di posisi US$ 17,925 per ons troi.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan harga logam mulia ini terdorong oleh memburuknya kondisi di timur tengah. Kondisi yang dimaksud oleh Ibrahim terkait serangan pada fasilitas minyak bumi Arab Saudi yang diduga dilakukan oleh pasukan Iran.
“Inilah yang menyebabkan harga minyak mengalami penguatan sehingga terjadi ketegangan di timur tengah dan berdampak positif terhadap safe haven, yaitu emas dan perak,” ujar Ibrahim.
Ibrahim berpendapat, penyerangan tersebut hanya merupakan masalah geopolitik di Timur Tengah. Oleh karena itu, Ibrahim bilang dampak dari serangan tersebut tidak memiliki efek jangka panjang terhadap pergerakan harga logam mulia.
“Masalah geopolitik itu seperti sengatan, hanya sementara,” ujar Ibrahim.
Selain itu, Ibrahim optimistis tidak ada efek jangka panjang terkait masalah geopolitik di Timur Tengah ini karena adanya informasi dari Rusia.
Informasi tersebut mengatakan bahwa serangan pesawat yang menghancurkan infrastruktur minyak Arab Saudi merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan bagi pasar minyak, namun turbulensinya tidak akan berpengaruh pada pasar energi. "Kemungkinan adanya perang dunia ketiga tidak akan terjadi," tutur Ibrahim.
Dikarenakan efeknya hanya jangka pendek, Ibrahim bilang masih ada sentimen-sentimen lain yang mempengaruhi logam mulia. Ia berpendapat fokus pergerakan harga aset safe haven ini akan kembali ke sentimen pertemuan FOMC dan situasi perang dagang.
Dari pertemuan FOMC, pasar berekspektasi The Fed akan kembali menurunkan suku bunganya. Pelaku pasar menginginkan bank sentral AS ini menurunkan suku bunga lebih dari 25 bps.
"Kalau seandainya bank sentral ini hanya menurunkan 25 bps, hal ini bisa menjadi batu sandungan sehingga harga emas dan perak akan kembali mengalami penurunan," jelas Ibrahim.
Ibrahim juga mengatakan, pekan ini kembali akan ada pertemuan antara pejabat AS dan China terkait perang dagang.
Harapannya, pada pertemuan tersebut akan menghasilkan keputusan yang diinginkan pasar. Dari pertemuan tersebut, Ibrahim berpendapat akan menghasilkan dua sentimen yang berbeda pada pergerakan harga logam mulia menunggu hasil pertemuan tersebut.
"Jika pertemuan antara pejabat AS dan China tidak menghasilkan apa-apa bisa jadi emas dan perak kembali naik dan sebaliknya," ucap Ibrahim.
Melihat harga logam mulia yang cukup tinggi, Ibrahim menilai permintaan perak sama tingginya dengan permintaan emas. Ia bilang permintaan tinggi terhadap logam mulia turunan emas ini dapat terjadi karena harga emasnya yang sudah cukup tinggi.
"Kita lihat di pasar-pasar perhiasan dengan silver sudah ada itu artinya sudah ada antisipasi jika harga emas naik terlalu tinggi digantikan perak untuk perhiasan bagi masyarakat," jelas Ibrahim.
Untuk sepekan ini, Ibrahim memperkirakan harga emas akan berada di kisaran US$ 1.488 - US$ 1.513 per ons troi sedangkan perak ada di kisaran US$ 17,563 - US$ 18,105 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News