Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga Bitcoin yang masih cenderung tertekan, dinilai mencerminkan volatilitas yang masih tinggi akibat ketidakpastian pasar global.
Berdasarkan coinmarketcap, harga Bitcoin berada di US$ 96.611 pada Kamis (6/2) pukul 23.54 WIB. Harganya turun 1,63% dibanding sehari sebelumnya, sehingga mengakumulasi pelemahan 8,60% sepekan.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan harga Bitcoin sempat pulih ke level US$ 101.000 usai pengumuman penundaan kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap Meksiko dan Kanada.
Baca Juga: Bitcoin Optimis Menuju US$ 200.000 Tahun Ini, Meski Sempat Jatuh di Awal Februari
Meski begitu, ketidakpastian masih tinggi karena Trump belum mencabut kebijakan tarif sepenuhnya, dan China tetap dikenakan tarif 10% tanpa ada tanda-tanda negosiasi resmi.
Fyqieh menilai, jika negosiasi tarif antara Meksiko dan Kanada dengan AS gagal dan kebijakan proteksionis kembali diperketat, tekanan jual bisa meningkat. Level US$ 92.000 tetap menjadi support kunci, yang mana investor institusional kemungkinan akan melakukan pembelian lebih lanjut.
"Jika BTC turun di bawah level tersebut, koreksi lebih dalam ke US$ 87.000 atau bahkan US$ 74.000 bisa terjadi, sehingga menetapkan stop-loss ketat di bawah support menjadi langkah bijak untuk melindungi modal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/2).
Di sisi lain, US$ 106.000 menjadi resistensi utama yang perlu ditembus untuk melanjutkan reli menuju US$ 115.000 - US$ 120.000. Jika BTC berhasil menembus level ini dengan volume tinggi, investor dapat menambah posisi beli untuk memanfaatkan momentum bullish.
Baca Juga: Bitcoin Melonjak Dekati US$98.000 Setelah Eric Trump Ajak Berinvestasi dalam BTC!
"Dalam kondisi volatile seperti saat ini, hindari penggunaan leverage berlebihan karena dapat meningkatkan risiko likuidasi, terutama jika pasar mengalami pergerakan harga yang tajam seperti sebelumnya," sebutnya.
Menurut Fyqieh, pendekatan yang paling aman adalah mengakumulasi secara bertahap di dekat support, menetapkan batas risiko dengan stop-loss, dan menunggu konfirmasi breakout sebelum meningkatkan eksposur investasi.
Untuk tahun 2025, Tokocrypto melihat tahun 2025 sebagai periode transisi penting bagi pasar kripto. Menurutnya, ada beberapa katalis utama yang mendukung pertumbuhan seperti adopsi institusional dengan arus masuk ke ETF Bitcoin Spot dan meningkatnya kepemilikan kripto oleh institusi besar dapat memperkuat permintaan.
Lalu, regulasi yang lebih ramah kripto di negara-negara seperti AS, peningkatan Ethereum (Pectra Upgrade Maret 2025), uppgrade ini dapat meningkatkan skalabilitas Ethereum, mempercepat pertumbuhan ekosistem DeFi, dan mendorong kenaikan harga ETH.
"Selanjunya, potensi pemangkasan suku bunga The Fed, jika inflasi terkendali, kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga bisa mengembalikan likuiditas ke aset berisiko seperti kripto," paparnya.
Karenanya, Tokocrypto menilai positif harga Bitcoin. Ia memperkirakan target harga Bitcoin pada semester I 2025 berada di US$ 115.000, dengan skenario bullish melihat potensi uji coba level US$ 120.000 jika sentimen tetap positif.
Sementara pada akhir tahun, dengan asumsi adopsi ETF dan halving memberikan dampak maksimal, BTC bisa mencapai US$ 120.000 - US$ 135.000.
"Namun, ketidakpastian regulasi dan ekonomi global tetap menjadi faktor risiko," imbuhnya.
Selanjutnya: Cara Cek Nama Jemaah Haji 2025 di Website haji.kemenag.go.id
Menarik Dibaca: Catat! Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Hari Jumat, 7 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News