Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja yang positif pada kuartal I-2024. Pada tiga bulan pertama tahun ini, JPFA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 13,9 triliun atau naik 18,4% secara year on year (YoY).
Selain itu, segmen pendapatan utama juga melonjak dengan pakan ternak mencapai Rp 3,93 triliun atau naik 13,8 YoY, dan DOC naik 44,4% YoY menjadi Rp 688 miliar. Bahkan, pendapatan dari ayam broiler juga naik 28% YoY menjadi Rp 5,74 triliun.
Research Analyst PT OCBC Sekuritas Indonesia, Liga Maradona mengatakan, sentimen yang membuat pendapatan dari semua segmen tersebut meningkat karena adanya peningkatan insentif pemerintah dan penyelenggaraan Pemilu 2024, sehingga membuat permintaan untuk segmen DOC dan ayam broiler naik dan mengakibatkan harganya menjadi stabil.
Baca Juga: JPFA Sebut Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah Pengaruhi Kenaikan Biaya Bahan Baku
Tak hanya itu, Liga menuturkan biaya bahan baku JPFA juga terkendali menjadi Rp 9,69 triliun atau naik 11,9% YoY dengan biaya overhead pabrik menjadi Rp 1,45 triliun atau turun 0,4% YoY. Hal ini memberikan dampak yang baik terhadap laba kotor di kuartal I-2024.
"Kemudian, pengendalian yang baik pada beban penjualan sebesar Rp 514 miliar dan beban umum administrasi sebesar Rp 844 miliar telah menghasilkan laba operasional yang luar biasa sebesar Rp 1,11 triliun atau naik 407,4% QoQ," ujar Liga, dalam risetnya, 7 Mei 2024.
Dengan pendapatan yang solid, biaya bahan baku dan biaya operasional yang terkendali, membuat JPFA membukukan laba bersih pada kuartal I-2024 sebesar Rp 665 miliar. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp 7,5 miliar pada kuartal IV-2023.
Namun, Liga mengatakan bahwa ada beberapa kondisi yang tidak menguntungkan di masa depan, seperti kenaikan biaya bahan bakar dan listrik akibat kenaikan harga minyak sebagai dampak langsung dari ketegangan geopolitik baru-baru ini, sehingga diprediksi akan meningkatkan beban pokok pendapatan, dan depresiasi nilai tukar rupiah yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang akan menyebabkan kenaikan beban pokok pendapatan.
Selain itu, Liga bilang, tantangan lainnya datang dari kenaikan suku bunga acuan BI dari 6,00% ke 6,25%, yang diprediksi dapat mengurangi daya beli konsumen, sehingga pada akhirnya akan melemahkan permintaan segmen DOC dan ayam broiler.
"Mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut di atas, kami menurunkan perkiraan target pendapatan tahun 2024 dan 2025 sebesar -5,5%/-7,9% menjadi Rp 54,0 triliun dan Rp 56,8 triliun. Sementara laba bersih tahun 2024 dan 2025 juga direvisi turun sebesar -16,3%/-8,0% menjadi Rp 1,23 triliun dan Rp 1,12 triliun," ungkap Liga.
JPFA juga memutuskan untuk tidak membagikan dividen, dan laba tahun lalu akan digunakan untuk dana cadangan sebesar Rp 10 miliar dan sisa laba sebesar Rp 930 miliar akan digunakan sebagai laba ditahan.
Perlu dicatat bahwa JPFA selalu membagikan dividen dari tahun 2016-2023 dan baru pada tahun fiskal 2024 ini merupakan pertama kalinya JPFA tidak membagikan dividen.
Dengan begitu, Liga merekomendasikan hold untuk JPFA dengan target harga Rp 1.220 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat bahwa prospek saham dan kinerja JPFA pada tahun ini masih bisa positif. Dia menilai, adanya penurunan pada harga jagung menjadi pendorong bagi kinerja bottom line JPFA.
Baca Juga: Tahun 2023, JPFA Raih Penjualan Bersih Rp 51,18 Triliun
"Di sisi lain kinerja top line JPFA, kami lihat akan sedikit melambat dikarenakan daya beli masyarakat yang masih cenderung melambat karena permintaan kembali normal, lantaran momen hari besar sudah mulai sedikit," kata Azis kepada Kontan.co,id, Senin (20/5).
Azis mengatakan, kenaikan kinerja JPFA pada kuartal I-2024 yang cukup signifikan itu, didorong dari momentum puasa dan lebaran, yang mana terjadi kenaikan harga diakibatkan tingginya permintaan. Menurutnya, meski terdapat sejumlah tantangan di masa depan yang diprediksi akan menyebabkan kenaikan beban pokok pendapatan, hal itu belum berpengaruh signifikan terhadap kinerja dan saham JPFA di tahun ini.
Pasalnya, Azis bilang, perseroan kerap kali melakukan edukasi kepada para peternak dan petambak di Indonesia agar produk yang dihasilkan dapat memiliki kualitas dan daya saing yang kuat.
Tak hanya itu, JPFA juga terus berupaya untuk meningkatkan penetrasi produknya di tahun ini, seraya terus melakukan upaya edukasi pentingnya protein hewani bagi kesehatan, dan sejalan dengan program pemerintah untuk mengurangi stunting.
Dengan begitu, Azis merekomendasikan hold untuk JPFA dengan target harga Rp 1.590 per saham.
Sementara itu, Development Division HPAM Reza Fahmi melihat bahwa prospek saham dan kinerja JPFA di tahun 2024 masih berpotensi tumbuh positif, seiring dengan naiknya kinerja perseroan di kuartal I-2024 dan berbagai strategi yang sedang dilakukan JPFA.
Baca Juga: Tahun Ini, JPFA Siapkan Capex Hingga Rp 2 Triliun
Selain itu, Reza mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya yakni, JPFA yang akan memperkuat segmen hilir dengan melakukan ekspansi dan pengembangan pasar, terutama pada daerah-daerah yang masih memiliki potensi pertumbuhan.
Namun, Reza bilang, tidak bisa dipungkiri bahwa perseroan akan menghadapi sejumlah tantangan di tahun ini, salah satunya ketegangan geopolitik, terutama perkembangan terkahir antara Rusia dan Ukraina yang telah mengganggu ekonomi global rantai pasokan dan harga komoditas.
"Hal tersebut dapat berimbas pada biaya bahan baku, bahan bakar dan daya beli konsumen. Kemudian tekanan inflasi global mendorong bank sentral berbagai negara untuk mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi untuk waktu yang lebih lama, akan berdampak pada kinerja JPFA," ungkapnya.
Dengan faktor-faktor tersebut, Reza juga merekomendasikan hold untuk JPFA, dengan target harga Rp 1.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News