kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kepemilikan asing di sukuk naik 92%


Selasa, 16 Mei 2017 / 10:00 WIB
Kepemilikan asing di sukuk naik 92%


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Minat investor asing terhadap surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara terus meningkat. Bahkan kenaikan kepemilikan asing di sukuk negara sangat signifikan.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan hingga 10 Mei 2017 menunjukkan, kepemilikan asing di sukuk negara melesat menjadi Rp 17,00 triliun dari Rp 8,87 triliun pada akhir tahun lalu. Artinya, kepemilikan asing di sukuk negara naik 91,66% sejak awal tahun.

Selama periode tersebut, kepemilikan asing bertambah Rp 8,13 triliun. Namun porsinya masih mini, yakni hanya 5,99% dari total sukuk negara yang beredar Rp 284 triliun.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, kenaikan dana asing di sukuk negara memang tidak sebesar di surat utang negara (SUN). Pada periode yang sama, kepemilikan asing di SUN sudah bertambah Rp 66,17 triliun menjadi Rp 723,11 triliun.

Investor asing memang tak terlalu agresif masuk ke sukuk negara, lantaran likuiditasnya minim. Biasanya, investor asing masuk ke sukuk negara hanya untuk memanfaatkan yield yang lebih tinggi ketimbang SUN.

Tapi keuntungannya, meski kondisi pasar dihantui gejolak sentimen global, koreksi yang terjadi di sukuk tidak sebesar di pasar SUN. "Kebanyakan investor asing memang menikmati yield saja, tetap hold dan tidak melakukan trading, sehingga pasar sekunder sukuk kurang likuid," jelas Made, kemarin (15/5).

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, menambahkan, investor asing menilai fundamental dalam negeri kokoh. Tengok saja, pemerintah bisa menjaga inflasi stabil. Padahal, kondisi ekonomi dan pasar global sejak awal tahun sedang tidak menentu.

Optimisme pelaku pasar menguat seiring peluang Indonesia memperoleh peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P). "Jika terealisasi, tentu akan menambah minat investor, terutama asing, untuk terus masuk ke SBSN," terang Anil.

Tenor pendek

Pertumbuhan kepemilikan dana asing pada sukuk negara, menurut Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan, sejalan dengan strategi pemerintah menambah pasokan SBSN, termasuk seri-seri bertenor pendek, yakni surat pembendahaan negara (SPN). "Bagi investor asing ini cukup menarik karena dapat memegang instrumen dengan angka yield yang masih atraktif dan bertenor pendek," beber dia.

Made juga memprediksi investor asing bakal terus merangsek masuk ke instrumen sukuk negara. Apalagi yield yang ditawarkan pemerintah saat ini cukup menarik. Menurut hitungan Made, SBSN bertenor pendek masih akan menarik minat investor asing untuk membiakkan dananya. "Kalau masuk tenor panjang, mereka khawatir karena likuiditasnya, maka dipilih tenor pendek," jelas dia.

Made memperkirakan kepemilikan investor asing di SBSN akan terus meningkat dan mencapai kisaran Rp 20 triliun sampai Rp 25 triliun di akhir tahun ini. Namun, hal tersebut harus didukung dengan langkah pemerintah yang terus menambah pasokan surat utang ini, sehingga lebih likuid dan jual beli di pasar sekunder kian ramai. "Kalau dari likuiditasnya belum tercipta, jangan harap mereka agresif masuk ke pasar SBSN," kata Made.

Ifan pun sependapat. Menurutnya, kepemilikan asing di sukuk negara akan terus bertambah. Asal, pemerintah tetap gencar menerbitkan instrumen ini. "Yield US Treasury yang masih relatif kecil juga stabilitas nilai tukar rupiah memicu asing agresif masuk ke SBSN," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×