Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) kembali digelar pada pekan kedua Mei, Selasa (16/5) mendatang. Pemerintah kembali mematok target indikatif Rp 6 triliun pada lelang sukuk negara pekan depan.
Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo berpendapat, lelang SBSN pekan depan diprediksi tidak akan mencapai target indikatif. Maklum saja, pada lelang sukuk negara sebelumnya, pemerintah hanya memenangkan penawaran sebesar Rp 4,07 triliun dari jumlah penawaran yang masuk Rp 10,95 triliun.
Sehingga, Beben memperkirakan lelang SBSN pekan depan pemerintah hanya akan meraup dana sekitar Rp 3,5 triliun sampai Rp 5 triliun. Ia menduga, lelang yang diprediksi sepi peminat tersebut disebabkan peserta lelang menginginkan yield lebih besar dari yang ditargetkan atau diperhitungkan pemerintah.
Memang tak dipungkiri, alasan peserta lelang yang mengharapkan besaran yield tentunya dengan mempertimbangkan sentimen yang berkembang di pasar.
Seperti misalnya, sentimen yang berasal dari global yaitu kebijakan The Fed dan tentunya Trump Effect pasca Ia dilantik sebagai presiden Amerika Serikat 20 Januari lalu masih membuat pasar dalam tren yang cukup memanas.
“Kondisi geopolitik yang naik turun begitu pula kondisi politik dalam negeri membuat investor menginginkan besaran yield yang lebih tinggi,” jelasnya.
Meskipun memang, di tengah kondisi global yang mengguncang, nyatanya fundamental dalam negeri masih cukup kokoh menghadapi situasi seperti saat ini. “Inflasi masih terjaga, suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Repo Rate juga masih dipertahankan di kisaran 4,75%,” kata dia.
Namun, Beben melihat, walaupun nominal lelang sukuk negara pekan depan tidak mencapai target indikatif, bukan berarti peminat lelang akan mengalami penurunan. Hanya saja, tawar menawar besaran yield antara peserta lelang dan pemerintah masih akan terjadi pada lelang 16 Mei mendatang.
“Lelang SBSN pekan depan diramal akan terjadi oversubscribed dua sampai tiga kali,” paparnya.