Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia kemarin mengerek suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7-DRR) 25 basis poin menjadi 4,5%. Keputusan ini sejalan ekspektasi pasar.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, secara umum emiten bank masih cukup menarik meski suku bunga naik. Kenaikan bunga acuan bukan faktor dominan yang menahan kinerja perbankan. "Secara temporer, kenaikan bunga acuan bisa positif, khususnya bagi bank besar," ujar dia.
Apalagi, BI kali ini menaikkan bunga acuan demi stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selain itu, masih tersedia ruang antara bunga kredit perbankan dan posisi BI 7-DRR saat ini 4,5%.
Kepala Riset Ekuator Swarna David Sutyanto juga menyebut, kenaikan BI rate befek positif terhadap emiten bank. "Memang akan mempengaruhi pertumbuhan kredit, namun bank jadi lebih mudah menaikkan atau menurunkan bunga jika pertumbuhan kredit melambat," ujar dia.
Jika BI menetapkan bunga acuan di posisi 4,25% justru menjadi sentimen negatif bagi emiten sektor perbankan. Namun, perlu dicatat kenaikan bunga acuan BI dapat berimbas pada rasio kredit macet.
Dalam kondisi saat ini, investor perlu mencermati saham bank yang ingin dikoleksi. "Kinerja jangka panjang dan menengah masih akan dipengaruhi kredit konsumer, kredit KPR dan kenaikan bisnis jasa remitansi," ujar Nafan, yang merekomendasikan saham bank berkapitalisasi besar seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI.
Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, bank besar yang memiliki rasio CASA besar akan bertahan meski bunga naik. "Kenaikan BI rate tidak akan langsung membuat lending rate perbankan naik, tapi cost of fund dalam beberapa bulan ke depan bisa naik," ujar Frederik.
Dalam jangka pendek, Frederik merekomendasikan posisi netral untuk saham bank. Sebab, dalam jangka pendek volatilitas harga saham masih dipengaruhi banyak faktor. "Namun untuk long term, sektor perbankan masih akan bullish," kata Frederik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News