kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.060   76,14   1,09%
  • KOMPAS100 1.056   15,95   1,53%
  • LQ45 830   13,44   1,65%
  • ISSI 214   1,34   0,63%
  • IDX30 424   7,62   1,83%
  • IDXHIDIV20 510   8,45   1,68%
  • IDX80 120   1,83   1,54%
  • IDXV30 125   0,72   0,58%
  • IDXQ30 141   2,32   1,67%

Analis: Kenaikan BI rate bisa positif bagi emiten perbankan


Kamis, 17 Mei 2018 / 17:46 WIB
Analis: Kenaikan BI rate bisa positif bagi emiten perbankan
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (17/5) melemah 25,5 basis poin atau 0,44%. Penurunan indeks terjadi di tengah penantian hasil keputusan Bank Indonesia (BI) terkait tingkat suku bunga acuan. Maklum, saham-saham perbankan terbilang saham yang cukup likuid diperdagangkan.

Secara konsensus, pasar berharap BI akan menaikkan tingkat suku bunga acuan BI-7DRRR setidaknya 25 basis poin (bps). Jika BI menaikkan suku bunga acuan, tentu saham-saham perbankan yang akan terdampak secara langsung.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, secara umum emiten perbankan masih cukup menarik, meski BI rate dinaikkan. Sebab, kenaikan tingkat suku bunga bank sentral bukan faktor dominan yang bakal menganggu kinerja emiten perbankan.

"Secara temporer, kenaikan suku bunga acuan ini bisa jadi sentimen positif, khususnya bagi bank berkapitalisasi besar secara fundamental dan kinerjanya juga cukup positif," ujar Nafan, Kamis (17/5).

Ia menambahkan, kebijakan BI mengerek suku bunga kali ini demi stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Selain itu, masih tersedia ruang cukup besar antara bunga produk kredit perbankan dengan posisi BI rate saat ini di level 4,25%.

Kepala Riset Ekuator Swarna David Sutyanto menilai, kenaikan BI-7DRRR berdampak positif terhadap emiten-emiten perbankan. "Memang akan mempengaruhi pertumbuhan kredit, namun perbankan jadi lebih mudah untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga apabila pertumbuhan kreditnya melambat," ujar David.

David menilai, jika skenario yang dipilih BI adalah mempertahankan tingkat suku bunga BI-7DRRR di posisi 4,25%, justru menjadi sentimen negatif bagi emiten di sektor perbankan. Namun, perlu dicatat kenaikan tingkat suku bunga dapat berimbas pada rasio kredit macet. Makanya, dalam kondisi seperti sekarang, investor perlu mencermati beberapa bank yang menarik dikoleksi.

"Kinerja jangka panjang dan menengah masih akan dipengaruhi oleh kredit konsumer, KPR dan kenaikan bisnis jasa remitansi," imbuh Nafan.

Untuk itu, Nafan merekomendasikan saham-saham bank berkapitalisasi besar seperti BBRI, BMRI, BBCA dan BBNI. Dengan target harga sebagai berikut: BBCA Rp 23.150, BBRI Rp 3.250, BMRI Rp 7.500, dan BBNI Rp 8.100.

Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia, Frederik Rasali mengatakan, bank berkapitalisasi besar yang memiliki rasio CASA besar akan mampu bertahan di tengah kenaikan BI-7DRRR. "Kenaikan BI rate tidak akan langsung berpengaruh pada kenaikan lending rate perbankan, tapi cost of fund dalam beberapa bulan bisa naik," paparnya.

Dalam jangka pendek, Frederik merekomendasikan posisi netral untuk saham-saham sektor perbankan. Sebab, dalam jangka pendek volatilitas harga saham saat ini masih dipengaruhi banyak faktor.

"Namun untuk jangka panjang, sektor perbankan masih akan bullish, terutama untuk bank besar secara bisnis masih bisa jalan karena di Indonesia masih butuh pendanaan, hanya saja efisiensi perbankan masih perlu diperhatikan," kata Frederik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×