Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi alias penghentian sementara perdagangan untuk saham PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) dan PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) mulai perdagangan Senin (2/6).
Suspensi ini buntut dari kenaikan harga saham kedua emiten yang sangat signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
Pada penutupan perdagangan Rabu (28/5) lalu, PGJO berada di level Rp 915 per saham, menguat 9,58% secara harian dan 294,5% dalam sebulan perdagangan.
Sementara itu, pada waktu yang sama INRU berada di level Rp 780 per saham, menguat 24,8% secara harian dan 101,03% dalam sebulan perdagangan.
Baca Juga: Harga Naik Tinggi, BEI Suspensi Saham Toba Pulp (INRU) dan Tourindo Guide (PGJO)
Menurut Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan, kenaikan harga kedua saham ini memang tak wajar. Pasalnya, catatan lonjakan itu tak didukung oleh volume transaksi yang sehat sehingga pergerakannya bisa dibilang tak likuid.
Dari sisi PGJO, sebelumnya perusahaan memang sudah mengumumkan rencana akuisisi oleh perusahaan asal China PT Zhengyu Global Trading. Ekky bilang kabar tersebut bisa jadi menarik perhatian pasar.
Sementara itu, Direktur Utama PGJO Adi Putra Widjaja tak menjelaskan lebih lanjut rencana aksi korporasi yang sekiranya menjadi penyebab pergerakan signifikan saham perusahaan. Ia hanya memastikan akan ada kabar terbaru terkait perusahaan.
“Dalam waktu dekat,” katanya saat dihubungi Kontan, Senin (2/6).
Baca Juga: Bersiap, BEI Buka Suspensi Saham PGJO dan AREA Mulai Hari Ini (6/5)
Sementara itu dari sisi INRU, belum ada berita terbaru yang bisa menjelaskan pergerakan harga sahamnya yang signifikan. Ekky bilang itulah yang memicu suspensi perdagangan oleh BEI untuk melindungi investor. Secara keseluruhan ia tak merekomendasikan kedua saham ini untuk dikoleksi. Terutama bagi investor yang menghidari risiko tinggi.
Pasalnya, papar Ekky, volume perdagangan kedua saham yang terbilang rendah bisa membuat investor tak bisa keluar dari posisi jika harga turun nantinya. Dengan kata lain, Ekky mempertimbangkan likuiditas saham PGJO dan INRU yang dinilainya tak potensial.
“Momentum kenaikan yang tidak disertai dengan dasar fundamental dan likuiditas pasar yang cukup membuat kedua saham tersebut lebih cocok dikategorikan sebagai saham spekulatif,” imbuhnya.
Di samping itu, selain kondisi fundamental perusahaan, ia mengimbau investor untuk terus memantau update informasi jika memang ingin mengoleksi saham PGJO dan INRU.
“Investor perlu memahami rencana bisnis ke depan, terutama jika emiten sedang dalam proses akuisisi atau aksi korporasi lainnya. Tanpa kejelasan informasi, potensi spekulasi menjadi sangat besar,” tutupnya.
Selanjutnya: Jay Idzes Ungkap Kekuatan Timnas Indonesia & Optimis Bisa Kalahkan Cina
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Tranexamic Acid untuk Wajah, Ketahui Juga Efek Sampingnya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News