Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,12% menjadi Rp 15.624 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (19/1). Sementara berdasarkan JISDOR Bank Indonesia (BI), rupiah menguat ke Rp 15.630, dari hari perdagangan sebelumnya di Rp 15.639 per dolar AS.
Analis Mata Uang Lukman Leong mengatakan, rupiah menguat seiring dengan pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi AS. Pelemahan dolar AS tergolong koreksi teknikal, mengingat mata uang tersebut mencatatkan penguatan signifikan belakangan ini.
Untuk ke depannya, Lukman melihat, rupiah berpotensi kembali melemah sebab dolar AS masih cukup bullish akhir-akhir ini.
"Hal ini menyusul serangkaian data ekonomi yang lebih kuat dan pernyataan hawkish dari pejabat The Fed," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/1).
Data ekonomi China yang masih lemah pun akan membebani rupiah. Namun, rupiah berpotensi menguat terbatas karena investor menantikan data klaim pengangguran AS yang diperkirakan akan lebih tinggi.
Baca Juga: Bertenaga, Rupiah Jisdor Menguat Tipis ke Rp 15.630 Per Dolar AS Pada Kamis (18/1)
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, ada ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuannya. Berdasarkan FedWatch Tool dari CME, ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed di bulan Maret 2024 telah berkurang peluangnya menjadi 62,2% dibandingkan perkiraan 76,9% di sesi sebelumnya.
Selain itu, inflasi harga konsumen Inggris naik untuk pertama kalinya dalam sepuluh bulan pada Desember 2023 menjadi 4,0% year on year, dari level terendah dalam lebih dari dua tahun sebesar 3,9% pada bulan sebelumnya.
Hal ini mengakibatkan para trader mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Bank of England dalam beberapa bulan mendatang.
Selain itu, ada komentar hawkish dari sejumlah pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa mengenai perlunya menyelesaikan tugas mengendalikan inflasi. Di Asia, Ekonomi China tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat dan hampir tidak melampaui perkiraan pemerintah sebesar 5% untuk pertumbuhan pada tahun 2023.
"Angka tersebut menunjukkan bahwa pemulihan setelah pandemi Covid-19 hanya memperoleh sedikit momentum selama setahun terakhir, dan memberikan dampak yang lumayan bagi China pada tahun 2024," ucap Ibrahim.
Untuk perdagangan Jumat (19/1), Ibrahim memprediksi, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.600- Rp 15.670 per dolar AS. Lukman juga memperkirakan, rupiah akan melemah dalam kisaran Rp 15.550-Rp 15.700 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News