kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kembali menekuk dolar AS, bagaimana proyeksi rupiah esok hari?


Senin, 13 Januari 2020 / 18:25 WIB
Kembali menekuk dolar AS, bagaimana proyeksi rupiah esok hari?
ILUSTRASI. Warga mengantre untuk menukarkan mata uang di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Senin (13/1/2020). Ekonom memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat melawan dolar AS pada perdagangan Selasa (14/1/2020).


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah makin perkasa. Pada penutupan perdagangan Senin (13/1), rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,71% ke Rp 13.673 per dolar AS. Ekonom memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat pada perdagangan besok.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan menguatnya rupiah didorong faktor fundamen ekonomi dalam negeri yang menunjukkan kinerja positif. Kinerja positif dalam negeri berhasil menarik minat investor global.

Baca Juga: Rupiah ditutup di level Rp 13.673 per dolar AS, rekor sejak Februari 2018

“Inflasi kita terjaga dan pertumbuhan relatif stabil,” tuturnya pada Kontan.co.id.

Sebagai catatan, Indonesia berhasil menjaga stabilitas inflasi di bawah 3%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di level 5%.

Data cadangan devisa Indonesia yang membesar juga menopang rupiah. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, cadangan devisa Indonesia bertambah US$ 2,2 miliar menjadi US$ 126,4 miliar di bulan Desember 2019.

Lelang global bond Indonesia yang kelebihan permintaan alias oversubscribe juga berandil mendorong penguatan rupiah. Oversubscribe pada lelang obligasi menunjukkan minat investor yang tinggi terhadap Indonesia. “Oversubscribe menambah pasokan valas dalam negeri,” jelasnya.

Baca Juga: Indonesia, UAE sign business deal worth about US$ 23 billion

Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menambahkan penguatan rupiah juga didorong oleh faktor eksternal. Pertama, adanya optimisme pasar terhadap perekonomian global menjelang ditandatanganinya kesepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dan China pada Rabu (15/1).

“Pasar optimistis akan ada kesepakatan fase II menyusul fase I,” tutur Ryan.

Selain itu, penguatan rupiah didorong oleh deeskalasi konflik di Timur Tengah. Pasca penyerangan Iran terhadap pangkalan militer AS di Irak, secara mengejutkan AS memutuskan untuk tidak membalas secara militer melainkan melalui sanksi ekonomi. Hingga kini ketegangan di Timur Tengah berangsur mereda.

Terakhir, kesepakatan investasi bilateral antara Uni Emirat Arab (UAE) dan Indonesia. UAE menyepakati perjanjian investasi sebesar US$ 22,9 miliar atau setara Rp 314,9 triliun di Indonesia.

Baca Juga: Rupiah menanti penandatanganan dagang fase pertama antara AS dan China

Investasi tersebut mencakup bidang energi, minyak dan gas, telekomunikasi, pelabuhan, petrokimia, dan riset. Investasi ini memberi angin segar pada perekonomian dalam negeri dan membuat rupiah terus menguat.

Selasa (14/1), Ryan memperkirakan rupiah bergerak direntang Rp 13.650 hingga Rp 13.750 per dolar AS .Sedangkan David memperkirakan besok rupiah akan bergerak direntang Rp 13.600 hingga Rp 13.700 per dolar AS.

Baca Juga: Peluang menguat IHSG berkat January effect

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×