kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kekuatan Dolar AS Menekan Rupiah di Perdagangan Selasa (2/7)


Selasa, 02 Juli 2024 / 17:31 WIB
Kekuatan Dolar AS Menekan Rupiah di Perdagangan Selasa (2/7)
ILUSTRASI. Selasa (2/7), kurs rupiah spot ditutup melemah 0,46% ke level Rp16.396 per dolar AS.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Selasa (2/7). Mata uang garuda tertekan di tengah penantian investor terhadap data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Selasa (2/7), kurs rupiah spot ditutup melemah 0,46% ke level Rp16.396 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga ditutup melemah sekitar 0,17% ke level Rp16.384 per dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mencermati, pelemahan kurs rupiah karena penguatan dolar AS di tengah penantian investor global serangkaian data ketenagakerjaan Amerika. Dimana, data tenaga kerja AS dapat memberi petunjuk baru terhadap langkah kebijakan moneter Fed yang sangat ditunggu pelaku pasar.

Walau demikian, volume transaksi terlihat terbatas karena menjelang libur nasional Hari Kemerdekaan Amerika pada 4 Juli mendatang. Sehingga transaksi pun tidak begitu besar.

“Dari domestik, rupiah dipengaruhi dampak penurunan kinerja Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia,” ujar Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Baca Juga: Beralih ke Pasar AS, Investor Asing Jual SBN dan Saham Selama Semester I 2024

Nanang melihat, PMI Manufaktur Indonesia turun ke level 50,7 pada Juni 2024, turun dari angka 52,1 pada bulan sebelumnya. Meski alami perlambatan ekspansi, industri manufaktur nasional masih menunjukkan kondisi ekspansif yang mampu dipertahankan selama 34 bulan berturut-turut hingga Juni 2024.

Pemerintah mengapresiasi upaya pelaku industri yang terus mempertahankan optimisme dan produktivitas di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Bahkan sektor industri saat ini sudah masuk ke kondisi alarming alias mengkhawatirkan.

Nanang menilai, optimisme para pelaku industri terhadap perkembangan bisnis mendatang telah menurun. Sejalan dengan laporan S&P Global, manufaktur nasional kehilangan momentum pada Juni 2024 lantaran kenaikan output, permintaan baru, dan penjualan yang melambat. Sehingga wajar level PMI manufaktur Indonesia bulan lalu turun dalam.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sepakat bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi efek turunnya PMI Manufaktur Indonesia. Kondisi tersebut telah memengaruhi kepercayaan diri industri terhadap kondisi output 12 bulan mendatang yang belum bergerak dari posisi terendah dalam 4 tahun pada Mei lalu.

Baca Juga: BRICS Masih Perlu Waktu Untuk Kalahkan Dominasi Dolar AS

Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya pesanan dari luar negeri seiring kondisi pasar, restriksi perdagangan, juga regulasi yang kurang mendukung. Adapun, regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perdagangan No 8/2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.

“Aturan relaksasi impor dalam beleid tersebut menyebabkan turunnya optimisme para pelaku industri, sehingga berpengaruh pada penurunan PMI,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Selasa (2/7).

Sementara itu, Ibrahim mengamati, Indeks dolar stabil terhadap mata uang lainnya, dengan lebih banyak isyarat mengenai suku bunga Fed dan AS yang akan dirilis pekan ini. Ketua Fed Jerome Powell akan berbicara pada konferensi Bank Sentral Eropa pada hari Selasa (2/7), sedangkan risalah pertemuan The Fed bulan Juni akan dirilis pada hari Rabu (3/7).

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,18% di Hadapan Dolar AS, Selasa (2/7)

Kemudian, data utama nonfarm payrolls AS untuk bulan Juni akan dirilis pada hari Jumat (5/7), dan diperkirakan akan memberikan lebih banyak wawasan mengenai pasar tenaga kerja, yang juga merupakan pertimbangan utama bagi The Fed dalam memangkas suku bunga.

Nanang menambahkan, pergerakan rupiah untuk besok juga akan dipengaruhi bagaimana data Amerika nanti malam yakni JOLTS Job Openings. Data yang lebih rendah perkiraan dapat memberi tekanan bagi indeks dolar, sebaliknya akan memberi dampak positif bagi rupiah di sesi pagi harinya.

Di sisi lain, kurs rupiah pun masih akan diselimuti kecemasan data ADP Employment Change dari Amerika. Selain itu, notulensi FOMC Meeting dua pekan lalu masih membayangi kekhawatiran pasar akan suku bunga tinggi.

Menurut Nanang, rupiah kemungkinan akan bergerak dalam rentang harga Rp16.350 per dolar AS-Rp16.450 per dolar AS di perdagangan Rabu (3/7). Sedangkan, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan ditutup melemah di rentang Rp16.380 per dolar AS–Rp16.470 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×