kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beralih ke Pasar AS, Investor Asing Jual SBN dan Saham Selama Semester I 2024


Selasa, 02 Juli 2024 / 17:24 WIB
Beralih ke Pasar AS, Investor Asing Jual SBN dan Saham Selama Semester I 2024
ILUSTRASI. Papan digital pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (BEI) jelang akhir semester I/2024 masih cenderung melemah di tengah aksi jual investor asing. Bahkan, di pasar saham Asia Tenggara (Asean) IHSG menempati urutan kedua terbawah dibandingkan bursa lainnya. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/17/06/2024


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investor asing terpantau keluar dari pasar saham dan surat utang Indonesia selama semester I 2024. Tren aliran keluar (outflow) diproyeksi masih berlanjut di tengah kuatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) akan menarik investasi dari Indonesia.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dari awal tahun hingga 27 Juni 2024, nonresiden atau asing tercatat jual neto Rp36,46 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp9,78 triliun di pasar Saham, dan beli neto Rp123,21 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Chief Dealer Fixed Income & Derivatives Bank Negara Indonesia (BNI) Fudji Rahardjo menyebutkan, aliran keluar modal asing yang terjadi pada semester pertama tahun ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal berpengaruh secara global hampir ke seluruh negara, terutama pada pasar di negara berkembang seperti Indonesia. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah kuatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan sentimen hawkish dari Fed terhadap Fed Funds Rate dalam jangka waktu panjang.

“Faktor ini berpengaruh terhadap lebih menariknya untuk berinvetasi ke aset berbasis USD karena dianggap lebih aman dengan imbal hasil yang terjaga dibandingkan berinvestasi di negara berkembang yang lebih berisiko,” kata Fudji kepada Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Baca Juga: Asing Banyak Menjual Saham Ini di Tengah Kenaikan IHSG Kemarin

Selain itu, lanjut Fudji, fenomena ketegangan global yang sempat memanas dari konflik Israel-Hamas juga memberikan sentimen negatif untuk arus dana asing atau foreign flow di Indonesia.

Pada kondisi penuh ketidakpastian seperti konflik geopolitik, investor cenderung melepas aset yang berisiko tinggi dan beralih ke aset safe haven seperti emas dan US Treasury. Hal ini turut memengaruhi aliran keluar modal asing dari Indonesia.

Dari dalam negeri, Fudji melihat, sedikit banyak juga terdapat beberapa faktor yang menambah sentimen negatif dan memicu terjadinya aliran keluar modal asing di semester pertama tahun 2024. Salah satu faktor utama adalah fenomena pemilu Indonesia yang sempat menimbulkan sengketa dari para kontestannya.

Selain itu, rencana kebijakan pemenang pemilu juga menjadi kekhawatiran investor karena memerlukan alokasi dana tambahan yang akhirnya memunculkan kebijakan memperbesar rasio utang luar negeri dan persentase produk domestik bruto. Faktor terakhir yang mungkin memengaruhi aliran keluar modal asing adalah defisit APBN yang beruntun pada dua laporan APBN terakhir.

“Meskipun defisit APBN tersebut masih berada di rentang yang aman menurut Kementerian Keuangan, tetapi hal ini bisa menjadi salah satu penilaian yang memberikan sentimen negatif dari para investor,” ujar Fudji.

Baca Juga: Yield US Treasury 10 Tahun Naik, Kurs Rupiah Dibuka Melemah Pagi Ini

Fudji mengamati, memasuki awal semester kedua 2024, pergerakan dan sentimen dari aliran modal asing masih dirasa tidak jauh berbeda dengan semester pertama. Akan tetapi jika dilihat dengan jangka waktu yang lebih panjang, masih ada harapan untuk aliran masuk modal asing.

Optimisme itu karena menilai The Fed telah mengkonfirmasi untuk melakukan pemotongan suku bunga di tahun ini minimal 25 bps dan rilis data ekonomi terutama tingkat inflasi Amerika telah menunjukkan pergerakan pendinginan.

Menurut Fudji, selama Bank Indonesia (BI) dapat menjaga suku bunga BI Rate di level yang tinggi, maka hal ini dapat menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvetasi di Indonesia karena memberikan imbal hasil yang bersaing.

Bank Indonesia juga mengkonfirmasi bahwa secara fundamental, data ekonomi Indonesia memberikan optimisme bagi pergerakan mata uang Rupiah. Oleh karena itu, secara jangka panjang optimisme ini dapat menjadi sentimen postitif untuk dapat kembali menarik minat investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia, baik dalam pasar saham maupun obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×