kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebal sentimen negatif, saham penghuni Jakarta Islamic Index (JII) masih prospektif


Rabu, 18 September 2019 / 09:45 WIB
Kebal sentimen negatif, saham penghuni Jakarta Islamic Index (JII) masih prospektif
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai sentiment ditengarai menjadi penyebab melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak tiga bulan ke belakang, IHSG telah terkoreksi 0,33%. Sementara seminggu ini, IHSG telah melemah 1,58%.

Pada 22 Agustus 2019, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.

Baca Juga: Kinerja Victoria Saham Syariah tersokong sektor konstruksi, infrastruktur, & properti

Tak lama berselang, pemerintah kemudian mengumumkan kenaikan cukai rokok hingga 23%. Akibatnya, dua saham emiten rokok yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) rontok pada perdagangan Senin (16/9).

Meski demikian, Jakarta Islamic Index (JII) dinilai tidak terlalu terpengaruh terhadap sentimen yang akhir-akhir menerpa IHSG.

Untuk diketahui, JII adalah indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan di pasar modal Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000. Konstituen JII terdiri dari 30 saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI. Emiten penghuni JII terdiri atas sektor poultry, property, konsumsi, hingga pertambangan.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, saham-saham penghuni JII sedikit kecipratan untung dari adanya sentimen negatif tersebut. Akan tetapi, saham-saham tersebut lebih diuntungkan dari sisi harga.

"Diuntungkan bisa jadi tapi lebih ke pengaruh ke harga sahamnya saja bukan terhadap kinerja," ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (17/9).

Di sisi lain, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan indeks JII tidak terlalu diuntungkan oleh sentimen suku bunga.

Baca Juga: Harga Pakan Naik, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Produsen Ayam

Sebab, terdapat saham penghuni JII yang cukup rentan dan sensitif terhadap perubahan suku bunga, yakni Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Frederik menilai, BSDE dan CTRA yang merupakan saham emiten properti cukup rentan terhadap perubahan suku bunga. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya minat konsumen untuk mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). Sementara BTPS yang merupakan emiten perbankan tentu dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga acuan.

Baca Juga: Rata-Rata Reksadana Saham Syariah Loyo, Ini Dua Produk Kinerjanya Moncer

Suku bunga yang semakin turun, lanjut Frederik, justru akan membuat investor lebih tertarik untuk membeli sukuk. “Misalkan bunga semakin turun maka akan lebih menarik untuk membeli sukuk dibanding ekuitas (saham),” jelas Frederik kepada Kontan.co.id.

Sukarno menilai, saham penghuni JII bisa menjadi alternatif bagi investor saat ini. Tetapi ia menekankan agar investor tetap memperhatikan kondisi fundamental dan pergerakan saham secara teknikal.

Sukarno merekomendasikan untuk mengoleksi saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Sebab, harga emas saat ini cenderung menguat (uptrend).

Dia juga merekomendasikan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Menurutnya, kinerja ADRO sepanjang semester I 2019 cukup bagus di tengah pemerosotan batubara saat itu. Saat ini pun harga komoditas batubara sedang menguat.

Terakhir, ia merekomendasikan buy on weakness (BOW) saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Sebab, INCO diprediksi bakal diuntungkan setelah pemerintah mempercepat aturan pelarangan ekspor nikel pada 1 Januari 2020 mendatang.

Baca Juga: Kocok Ulang, Ini Pendatang Baru di Jakarta Islamic Index

“INCO masih menarik, bisa menunggu momentum teknikal untuk kembali buy,” tutup Sukarno.

Hari ini, JII ditutup melemah 0,33% ke level 697,72. Meski demikian, JII telah menguat 1,85% secara year-to-date (ytd) atau lebih tinggi dibanding IHSG yang hanya menguat 0,68% secara ytd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×