kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kasus corona masih tinggi, begini efeknya ke IHSG hingga akhir Oktober 2020


Minggu, 18 Oktober 2020 / 14:36 WIB
Kasus corona masih tinggi, begini efeknya ke IHSG hingga akhir Oktober 2020
ILUSTRASI. Jumlah kasus corona yang masih tinggi ini berpotensi menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kasus corona di Indonesia terus bertambah memasuki bulan ketujuh setelah diumumkan pada 2 Maret 2020. Total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 357.762 kasus per Sabtu (17/10). Jumlah itu bertambah 4.301 kasus dibanding hari sebelumnya. Jumlah kasus corona yang masih tinggi ini berpotensi menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Adapun dari total kasus corona yang tercatat itu, sebanyak 281.592 di antaranya telah dinyatakan sembuh. Sementara, sebanyak 12.431 pasien dinyatakan meninggal dunia. Dengan demikian, jumlah kasus aktif yang ditangani mencapai 63.739 orang saat ini.

Mengutip data dari Worldometers, Indonesia menjadi negara dengan total kasus corona tertinggi se-Asia Tenggara. Bahkan, melebihi Filipina yang tercatat 354.338 kasus.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengamati, pertumbuhan kasus corona di Indonesia maupun di global berpotensi menekan pergerakan IHSG hingga akhir Oktober 2020 ini.

Baca Juga: IHSG berpotensi menguat pekan depan, simak sentimen pendorongnya

Secara global, penambahan kasus corona di beberapa wilayah Eropa dan Amerika bisa memperlambat aktivitas ekonomi. Apalagi pembatasan wilayah atau lockdown kembali diterapkan di beberapa wilayah di Eropa untuk mencegah penambahan pasien corona. Kendati lockdown yang diterapkan tidak seketat saat gelombang pertama corona, Hans Kwee berpendapat hal itu tetap berdampak terhadap kondisi ekonominya.

Sentimen pemberat lainnya adalah pengembangan vaksin corona yang memerlukan waktu lebih lama daripada ekspektasi. Ini berkaca dari regulator Amerika Serikat menghentikan uji coba tahap akhir ACTIV-3 yang merupakan pengobatan untuk pembentukan antibodi virus corona Penundaan itu dilakukan dengan alasan keamanan.

Sebelumnya, Johnson & Johnson juga mengumumkan menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin virus corona. Penghentian itu dilakukan karena ada laporan timbulnya efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis.

Menurut Hans Kwee, sentimen-sentimen negatif itu akan mendominasi bursa hingga akhir Oktober 2020. Padahal, bursa sebenarnya memiliki sentimen positif seperti pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja, komitmen pemerintah Indonesia mengupayakan vaksininasi di bulan November, serta laporan keuangan emiten kuartal III 2020.

Terkait laporan keuangan kuartal III 2020, Hans Kwee memperkirakan hasilnya akan lebih baik dibanding kuartal sebelumnya. Perbaikan ini ditopang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sempat memasuki masa transisi di beberapa minggu peratama semester II 2020.

" Laporan keuangan cenderung bagus, tetapi memang tidak ada kejutan yang berarti," ujar Hans Kwee ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (17/10). Kendati laporan keuangan berpotensi meningkat, hal itu belum bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG.

Lebih lanjut ia menjelaskan, secara umum data-data ekonomi Indonesia juga mulai mulai membaik. Hanya saja, penanganan pandemi ini yang memang menjadi sentimen pemberat IHSG yang utama.  

Baca Juga: Intips saham-saham yang banyak ditadah asing saat IHSG memerah Jumat (16/10)




TERBARU

[X]
×