kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kapitalisasi pasar saham big caps turun, simak prospek dan rekomendasi analis


Senin, 05 Juli 2021 / 08:20 WIB
Kapitalisasi pasar saham big caps turun, simak prospek dan rekomendasi analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, ada 12 saham yang mempunyai kapitalisasi pasar (market cap) di atas Rp 100 triliun per akhir tahun 2020. Akan tetapi, sepanjang tahun ini sampai dengan Jumat (2/7), mayoritas saham tersebut justru memperlihatkan penurunan market cap.

Dari 12 saham, market cap sebelas saham turun dengan kisaran 1,8%-30% year to date (ytd). Saham-saham tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Charoean Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Bahkan, penurunan market cap pada ICBP, BBNI, dan BRPT sepanjang tahun ini telah membuatnya terdepak dari daftar emiten dengan market cap di atas Rp 100 triliun. Market cap ICBP turun 12,5% ytd menjadi Rp 98 triliun, BBNI -21% menjadi Rp 90 triliun, dan BRPT -22,3% menjadi Rp 80 triliun.

Sebaliknya, hanya ada satu saham dari 12 emiten tersebut yang mencatatkan kenaikan market cap. Satu saham itu adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dengan peningkatan 7,4%.

Baca Juga: Sudah naik signifikan dalam sepekan, saham-saham ini masih bisa dilirik

Di sisi lain, daftar 12 saham dengan market cap di atas Rp 100 triliun juga kedatangan tiga emiten baru. Mereka adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang mencatatkan peningkatan market cap 293% secara ytd, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) 92%, dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memiliki market cap Rp 141 triliun meski baru tercatat di BEI pada 6 Januari 2021.

Analis Kiwoom Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, penurunan market cap mayoritas saham-saham tersebut sejalan dengan harga-harga saham yang memang tengah berada dalam tren penurunan. Sementara saham-saham yang market cap-nya meningkat signifikan didorong oleh tren kenaikan harga seiring sentimen positif yang ada sebelumnya.

Misalnya, harga saham ARTO sudah melesat 241,04% ytd sehingga membuat market cap bertambah Rp 135 triliun. Pendorongnya adalah sentimen positif terhadap bisnis bank digital dan aksi strategis dengan masuknya PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa (Dokab) sebagai investor di Bank Jago dengan kepemilikan 22%.

Baca Juga: Ada yang terdepak, berikut daftar 12 emiten dengan market cap di atas Rp 100 triliun

Bernada serupa, kenaikan harga saham EMTK juga didorong oleh aksi private placement yang sebagian besarnya diserap oleh NAVER Corporation, perusahaan mesin pencari web terbesar di Korea Selatan dan perusahaan investasi bernama H Holdings Inc. Terlebih lagi, dana hasil private placement tersebut rencananya digunakan untuk investasi dan modal kerja.

Kemudian, untuk TPIA, harganya sempat turun dalam, tetapi adanya rencana aksi korporasi rights issue kembali memengaruhi pergerakan sahamnya. "Sementara untuk DCII, saya menilai kenaikan harganya tidak berdasarkan mekanisme pasar yang wajar atau terlalu esktrem," ungkap Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/7).

Terkait dengan prospek sahamnya, menurut Sukarno, meski mencatatkan penurunan harga, saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big caps) tersebut masih berpeluang naik, terutama saat kondisi sudah kembali normal. Pasalnya, saham-saham tersebut memiliki kondisi fundamental yang kuat sehingga tetap menarik untuk diburu.

"Emiten-emiten tersebut sedikit ada penurunan kinerja akibat Covid-19. Jadi, tinggal nunggu pandemi selesai dan kinerjanya bisa bagus lagi. Setelah itu, sahamnya bisa jadi pilihan lagi," ucap Sukarno.

Baca Juga: Kinerja reksadana saham diproyeksikan bangkit pada sisa tahun ini

Oleh karena itu, untuk saat ini, pelaku pasar disarankan wait and see dan menyediakan alokasi dana untuk melihat peluang beli ke depannya. Pelaku pasar juga bisa menggunakan strategi akumulasi beli secara bertahap di area yang dianggap menjadi support saham.

Bernada serupa, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, prospek saham-saham big caps memang sudah tidak secemerlang dulu. "Namun, kami masih melihat adanya potensi untuk menguat kembali. Investor asing pun hingga saat ini masih cenderung masuk ke big caps meskipun nampaknya tidak sebesar yang lalu," kata Herditya.

Menurut dia, secara teknikal, UNVR, HMSP, dan BRPT menjadi saham-saham yang menarik untuk dikoleksi karena sedang berada di awal fase uptrend dan berpeluang melanjutkan penguatannya. Para pelaku pasar dapat melakukan buy on weakness pada tiga saham tersebut.

Baca Juga: Menguat 0,28% Jumat lalu, IHSG diprediksi berbalik melemah pada Senin (5/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×