kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Jumlah Investor Pasar Modal Terus Tumbuh, Dominasi Investor Asing Belum Padam


Selasa, 22 Juli 2025 / 19:49 WIB
Jumlah Investor Pasar Modal Terus Tumbuh, Dominasi Investor Asing Belum Padam
ILUSTRASI. BEI catat jumlah investor di pasar modal Indonesia capai 16,99 juta per Juni 2025, di mana 16,94 juta merupakan investor ritel domestik.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor dalam negeri pasar modal khususnya saham terus mendominasi. Namun bertambahnya investor ritel Tanah Air masih belum mampu menyaingi dominasi investor asing. 

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan jumlah investor di pasar modal Indonesia telah mencapai 16,99 juta per Juni 2025. Sekitar 16,94 juta di antaranya merupakan investor ritel domestik. 

Angka tersebut melonjak hampir enam kali lipat dibandingkan dengan 2019, di mana saat jumlah investor pasar modal Indonesia masih sekitar 2,5 juta tepat sebelum pandemi melanda.

Berdasarkan data kepemilikan, investor ritel domestik menguasai sekitar 18,2% dari total kepemilikan efek di BEI. Sisanya masih didominasi oleh institusi baik dari asing maupun domestik. 

Baca Juga: Saham Vale Indonesia (INCO) Melonjak 9,61% di Tengah Sentimen Positif Pasar

Namun per Juni 2025, komposisi kepemilikan investor asing di pasar saham Indonesia tercatat sebesar 45,91%. Ini turun dari sepuluh tahun yang lalu, yaitu sebesar 63,79% pada 2015. 

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Irvan Susandy menjelaskan, sejak pandemi 2020, dominasi komposisi kepemilikan di pasar saham bergeser dari mayoritas dimiliki investor asing menjadi investor domestik.

Pada 2019, komposisi kepemilikan investor asing masih sebesar 51,85% atau mendominasi  di atas 50%. Sementara itu pada 2020 angka tersebut turun menjadi 49,21%.

“Dengan demikian, basis investor domestik pada pasar modal Indonesia menjadi lebih solid dan dapat menjadi cushion yang lebih baik jika terjadi tekanan eksternal,” jelas Irvan, Senin (21/7). 

Menurutnya, peningkatan kepemilikan investor domestik tidak terlepas dari pertumbuhan investor yang pesat yang didukung oleh edukasi dan literasi keuangan yang meningkat pula. 

Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah Usai Melaju 11 Hari, Begini Proyeksinya Rabu (23/7)

Sementara dari sisi aktivitas transaksi, investor ritel domestik menyumbang sekitar 44% dari total transaksi hingga Juni 2025. Ini menjadikan investor ritel sebagai kontribusi terbesar di pasar modal. 

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai transaksi investor domestik ritel masih tersebar di banyak saham. Sementara sisanya, investor mengempit di saham big caps. 

“Asing hanya di saham-saham dengan kapitalisasi besar, yang jumlahnya mungkin hanya sekitar sepuluh hingga belasan sehingga efeknya bisa jauh lebih besar,” katanya kepada Kontan, Selasa (22/7). 

Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menjelaskan Kalau hanya 44% transaksi mestinya dari nilai transaksi karena biasanya, investor ritel hanya beli saham-saham yang nominalnya kecil hingga menengah. 

“Kalau volume dan frekuensi tinggi, akan menguntungkan bursa tapi belum tentu mendongkrak IHSG karena IHSG tergantung dari kenaikan atau penurunan harga dan floating saham,” jelasnya.

Baca Juga: Kinerja IDX BUMN20 Kalah dari IHSG, Cek Rekomendasi Analis

Irwan Ariston, Pengamat Pasar Modal mengatakan walaupun jumlah investor terus meningkat tapi kontribusi terhadap nilai transaksi 44% masih tergolong minoritas dibanding investor asing.

Dia bilang sebenarnya, fenomena ini bisa dilihat dari sisi lain. Caranya dengan melihat instrumen mana yang menarik investor khususnya ritel domestik lebih untuk investasi ataupun trading. 

“Dengan maraknya influencer di bidang keuangan yang banyak memberikan masukan untuk melakukan diversifikasi investasi seperti kripto, saham ataupun indeks luar negeri  mulai mempengaruhi preferensi khususnya generasi muda,” pungkas Irwan. 

Selanjutnya: Indef: RAPBN 2026 Kontradiktif, Risiko Fiskal Meningkat

Menarik Dibaca: Dukung UMKM Naik Kelas, Pegadaian Perkuat Ekosistem Usaha Lewat Gaderian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×