Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) membukukan pendapatan yang mengalami kenaikan moderat pada semester I-2025. Capaian ini didorong oleh segmen fiber dan penyewaan menara.
Pada semester pertama 2025, pendapatan MTEL mencapai Rp 4,6 triliun atau tumbuh 3% year-on-year (yoy). Segmen fiber menopang dengan peningkatan pendapatan sebesar 28% yoy, diikuti segmen penyewaan menara yang naik 3% yoy.
Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas mencermati, sepanjang separuh pertama ini, jumlah menara MTEL naik lebih dari 3% secara tahunan menjadi 39.782 unit. Jumlah kolokasi juga naik 6% secara tahunan, diikuti total tenant yang meningkat 4% yoy ke 60.907 tenant. Panjang jaringan fiber juga ikut melonjak 45% yoy menjadi 54.447 km. Namun, jumlah reseller turun 4% yoy menjadi 2.659.
“Ini menandakan, meski kontribusi dari saluran reseller terbatas, ekspansi infrastruktur MTEL tetap kuat,” katanya dalam riset 6 Agustus 2025.
Baca Juga: Kenaikan Kinerja dan Rencana Buyback Jadi Penggerak Saham MTEL
Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su melihat, penurunan pada segmen reseller sesuai ekspektasi. Ini seiring strategi perseoran yang sudah tak lagi fokus terhadap segmen tersebut.
“Kami proyeksikan bahwa pada semester II-2025 pun akan mengulang tren penurunan segmen ini,” katanya kepada Kontan, Kamis (14/8/2025).
Lebih lanjut, kinerja keuangan perseroan juga didukung efisiensi biaya. Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Etta Rusdiana Putra dalam riset 31 Juli 2025 menyorot peningkatan EBITDA perseroan menjadi Rp 3,9 triliun atau naik 4,4% secara tahunan.
“Pendapatan semester I ini sesuai ekspektasi, dengan EBITDA yang naik berkat efisiensi biaya,” paparnya.
Adapun efisiensi operasional MTEL dilakukan dengan penurunan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan tenaga kerja.
Ke depan, Etta melihat keberlanjutan bisnis MTEL didukung oleh layanan fiber-to-the-tower yang menjadi layanan berharga di era 4G+ ini. “Kami menilai ini dapat meningkatkan loyalitas,” ujarnya.
Lebih lanjut, laba bersih perseroan juga sesuai ekspektasi, yakni naik 2,9% secara tahunan ke Rp 1,09 triliun. Menurut Etta, laba MTEL dapat diuntungkan dari ekspansi operator seluler (MNO) di luar Jawa.
Baca Juga: MTEL Manfaatkan Penurunan Suku Bunga untuk Atur Posisi Utang
Dus, ia menilai ekosistem terintegrasi MTEL (memanfaatkan kapasitas Telkom), serta potensi kenaikan dari rasio tenancy yang masih rendah di luar Jawa, dapat mendorong pertumbuhan MTEL ke depan.
Di sisi lain, Harry mencermati industri yang tengah perang tarif dapat membatasi capex perusahaan untuk ekspansi. “Juga, churn rate diekspektasikan sedikit terpengaruh akibat merger XLSmart, meskipun kontribusinya kecil,” tuturnya.
Sedangkan Sukarno memandang beberapa risiko utama untuk perseroan. Misalnya, ketergantungan pada operator telekomunikasi, persaingan ketat dari TBIG dan TOWR, serta risiko pembiayaan seperti kenaikan suku bunga.
Dus, Sukarno merekomendasikan hold MTEL dengan target harga Rp 690 per saham. Etta menyarankan beli MTEL di target harga Rp 760 per saham. Adapun Harry merekomendasikan beli MTEL di target harga Rp 780 per saham.
Selanjutnya: Saham BBCA Ditutup Turun 1,68% Kamis (14/8), Nilai Transaksi Capai Rp 1,08 Triliun
Menarik Dibaca: Orang Indonesia Makin Pintar Berbelanja, Ini Buktinya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News