kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.259   48,00   0,30%
  • IDX 6.858   -7,08   -0,10%
  • KOMPAS100 996   -2,61   -0,26%
  • LQ45 761   -2,28   -0,30%
  • ISSI 225   -0,50   -0,22%
  • IDX30 392   -0,78   -0,20%
  • IDXHIDIV20 454   -1,53   -0,34%
  • IDX80 112   -0,36   -0,32%
  • IDXV30 113   -0,58   -0,51%
  • IDXQ30 127   -0,27   -0,21%

Jajaran Emiten Big Caps Kian Beragam, Simak Saham Rekomendasi Analis


Senin, 07 Juli 2025 / 05:00 WIB
Jajaran Emiten Big Caps Kian Beragam, Simak Saham Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Suasana di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (2/7/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (02/07/2025). Jajaran 10 besar emiten dengan kapitalisasi pasar atau market cap kini mulai terdiversifikasi dari berbagai sektor.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komposisi 10 besar emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kini semakin beragam. 

Tidak lagi didominasi sektor perbankan, emiten dari sektor petrokimia dan energi mulai meramaikan jajaran teratas.

Berdasarkan data BEI per Jumat (4/7), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mempertahankan posisi teratas dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.056 triliun, setara 8,75% dari total market cap BEI.

Di posisi kedua dan ketiga, muncul saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, yaitu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan market cap Rp 848 triliun dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar Rp 763 triliun. 

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga, Simak Saham Rekomendasi Analis

Munculnya dua emiten ini menandai pergeseran signifikan dalam struktur penggerak indeks.

Saham perbankan lainnya seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berada di posisi enam dan tujuh dengan kapitalisasi masing-masing Rp 551 triliun dan Rp 438 triliun.

Analis menilai tren ini menunjukkan mulai terjadinya rotasi sektor dalam indeks utama. 

 

Menurut Miftahul Khaer, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, ruang gerak saham perbankan mulai terbatas, terutama di tengah normalisasi pertumbuhan kredit dan penyesuaian margin bunga bersih.

“Sektor perbankan masih mendominasi, tapi pergerakannya tidak lagi seagresif sebelumnya,” ujar Miftah.

Di sisi lain, sektor-sektor non-keuangan mulai menunjukkan potensi besar. Masuknya TPIA ke posisi dua, menurut para analis, mencerminkan meningkatnya minat terhadap sektor hilirisasi petrokimia. 

Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjut Melemah pada Kamis (19/6), Cermati Saham Rekomendasi Analis

Langkah ini diperkuat oleh aksi korporasi seperti IPO anak usaha TPIA, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), yang dinilai pasar memiliki narasi dan ekspektasi pertumbuhan yang kuat.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai diversifikasi sektor dalam jajaran emiten besar penting untuk menjaga stabilitas indeks. 

“Big caps yang tersebar di berbagai sektor akan membuat IHSG lebih seimbang dan tidak mudah terguncang oleh tekanan di satu sektor,” ujarnya.

Meski dominasi sektor perbankan perlahan mulai tergerus, BBCA, BBRI, dan BMRI masih dianggap sebagai pilar utama indeks. Namun, pergeseran ini membuka peluang bagi sektor lain seperti energi, petrokimia, dan teknologi untuk naik kelas.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Kembali Terkoreksi, Simak Saham Rekomendasi Analis Selasa (11/3)

Dalam jangka pendek, saham-saham seperti TPIA, AMMN, DSSA, dan TLKM dipandang menarik oleh analis untuk dicermati. 

Sementara itu, saham perbankan tetap menjadi pilihan utama bagi investor konservatif, dengan Miftah merekomendasikan BBRI dan BMRI sebagai saham unggulan dengan target harga masing-masing Rp 4.720 dan Rp 6.300 dalam 12 bulan ke depan.
 

Selanjutnya: Kumpulan Twibbon Hari Pustakawan Nasional 2025 Gratis Pakai dan Edit

Menarik Dibaca: Kumpulan Twibbon Hari Pustakawan Nasional 2025 Gratis Pakai dan Edit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×