Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah berbagai tantangan yang membayangi tahun ini, emiten konstruksi swasta memilih bersikap konservatif dalam membidik pertumbuhan nilai kontrak baru pada semester II-2025.
PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), misalnya, menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp 5 triliun, tidak jauh berbeda dari realisasi tahun 2024 yang mencapai Rp 5,08 triliun.
Corporate Secretary TOTL, Anggie S. Sidharta, menjelaskan bahwa manajemen memilih pendekatan yang lebih hati-hati dalam menetapkan target kinerja tahun ini.
Baca Juga: Emiten Ritel Tersengat Momentum Ramadan dan Lebaran, Cek Saham Rekomendasi Analis
Menurutnya, ketidakpastian geopolitik dan kondisi ekonomi domestik menjadi faktor utama yang membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
“Kami sambil melihat keadaan apakah memang diperlukan revisi (target) atau tidak untuk dikeluarkan,” ujar Anggie dalam konferensi pers TOTL, belum lama ini.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, memproyeksikan bahwa kinerja emiten konstruksi swasta berpeluang membaik pada kuartal II-2025. Biasanya, aktivitas proyek mulai kembali aktif setelah lebaran, disertai percepatan pengerjaan proyek menjelang akhir semester pertama.
Namun, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa kinerja emiten konstruksi swasta belum akan memuaskan pada kuartal II-2025.
Baca Juga: Saham Emiten Kesehatan Tersengat Sentimen Positif, Cermati Rekomendasi Analis
Ia menyebutkan bahwa kondisi makroekonomi yang belum stabil serta suku bunga acuan BI yang masih berada di level 5,5% per Juni 2025 menjadi faktor penghambat karena membuat biaya kredit tetap tinggi.
Nafan juga menambahkan bahwa masih ada potensi suku bunga tinggi akibat tekanan inflasi, sehingga kinerja emiten konstruksi swasta masih akan tertekan sepanjang tahun ini.
Miftahul sependapat bahwa kinerja emiten konstruksi swasta masih berpeluang tumbuh di semester II-2025, terutama jika pemerintah mampu merealisasikan belanja infrastruktur secara lebih agresif.
Sentimen ini akan menjadi katalis positif, terutama bagi emiten swasta yang memiliki rekam jejak kuat dan efisiensi tinggi.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjut Melemah pada Kamis (19/6), Cermati Saham Rekomendasi Analis
Meski demikian, Miftahul mengingatkan bahwa risiko eksternal seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah tetap perlu diwaspadai, karena dapat berdampak pada biaya impor material dan logistik.
Untuk prospek saham, Miftahul merekomendasikan akumulasi beli untuk NRCA dan TOTL dengan target harga masing-masing Rp 350 per saham dan Rp 765 per saham. Sementara itu, Nafan juga merekomendasikan akumulasi beli TOTL dengan target harga Rp 730 per saham.
Selanjutnya: Intip Rekomendasi Saham dan Propek Kinerja Emiten Kertas INKP dan TKIM
Menarik Dibaca: Kumpulan Link Twibbon Hari Pelaut Sedunia 2025 Untuk Foto Profil Terbaru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News