kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jadi Bank Persepsi, BBRI dan BBNI layak dikoleksi


Senin, 25 Juli 2016 / 05:45 WIB
Jadi Bank Persepsi, BBRI dan BBNI layak dikoleksi


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rilisnya kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) cukup memberikan dampak ke berbagai hal di dalam negeri. Salah satunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus berada di zona hijau pada dua pekan awal perdagangan di bulan ini.

Pekan pertama hanya terkoreksi sekali sedangkan pekan kedua terkoreksi dua kali pada penutupan perdagangan kemarin. Dalam dua pekan pertama, IHSG berada di levelĀ  5.069 - 5.242.

Memerahnya indeks tidak begitu signifikan karena masih berada pada level 5.000. Lebih lanjut, banyak yang berharap bahwa dana tax amnesty bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mempercepat proyek infrastruktur yang sedang digencarkan pemerintahan Jokowi.

Untuk menampung dana repatriasi, pemerintah telah menunjuk bank persepsi seperti Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Tak hanya milik negara, pemerintah juga menunjuk bank swasta dan bank perwakilan daerah.

Meski terlihat berdampak positif, tak sedikit yang masih mempertanyakan keefektifan dari pengampunan pajak ini. Krishna Setiawan, analis Lautandhana Sekurindo mengatakan tax amnesty tidak serta merta membikin kinerja bank terutama bank persepsi menjadi positif.

"Kalau dana yang masuk besar, tetapi tidak bisa tersalurkan dengan baik, maka akan sia-sia," kata Krishna kepada KONTAN, Jumat (22/07).

Makanya kata Krishna beruntung Indonesia memiliki proyek infrastruktur yang membutuhkan dana yang besar. Jadi kucuran dana tax amnesty bisa disalurkan untuk infrastruktur. Lalu mengenai kesiapan dari empat bank persepsi tersebut, para analis menilai bank sudah dan harus siap.

Namun, Milka Mutiara Analis Philip Securitas mengatakan keempat bank tersebut siap tetapi sepertinya tak terlalu optimis dengan tax amnesty ini. "Jadi tidak membuat produk khusus untuk menampung dana tax amnesty di luar produk yang ada sekarang," jelas Milka.

Pasalnya untuk membuat produk baru kata Milka membutuhkan waktu yang cukup lama termasuk approval ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga muncul kekhawatiran dana yang masuk tidak sebanding.

Sementara M. Ikhsan Analis NH Korindo Securities menilai kinerja BBRI menarik untuk dicermati. Ikhsan bilang untuk BBRI return of equity (ROE) nya paling tinggi dibanding yang lain. "Secara teknikal BBRI termasuk yang leading di sektornya jadi reboundnya termasuk duluan," kata Ikhsan.

Kuartal pertama kemarin ROE BBRI berada di level 26,55%. Sementara BBNI dinilai cukup siap menjadi bank persepsi karena telah melakukan roadshow dengan KBRI Singapura. BBNI, BMRI, dan BBRI juga sudah lama melakukan sosialisasi kepada para nasabah dan para debitur.

M. Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas mengatakan BBNI memiliki produk dan unit usaha yang mampu menunjangnya sebagai bank persepsi seperti produk treasury dan wealth management serta BNI Securities dan BNI Asset Management.

Berbicara mengenai target dana repatriasi yang akan masuk ke bank persepsi tersebut, kata Nafan BBNI ditargetkan bisa menampung Rp 70 triliun dan BBRI Rp 75 triliun.

Kiswoyo Adi Joe analis Investa Saran Mandiri mengatakan dengan masuknya BBRI ke dalam bank persepsi akan membantu untuk menambah likuiditas BBRI.

"Sehingga untuk menaikkan pinjaman kreditnya BBRI tidak perlu lagi menerbitkan obligasi tetapi bisa mendapatkan dana pihak ketiga dengan cost yang lebih murah," kata Kiswoyo.

Mengingat kredit BBRI juga banyak fokus pada UMK atau usaha menengah dan kecil yang tersebar sampai ke desa-desa kecil. Diharapkan BBRI bisa menaikkan dana murah terhadap total DPK nya hingga ke level 65% dari posisi 56,54% pada triwulan 1 tahun 2016.

Proyeksi pendapatan dan net profit BBRI sampai akhir tahun yaitu naik sekitar 10 -15% dibandingkan dengan tahun 2015 kemarin. "Saya memprediksi BBRI bisa mendapatkan dana repatriasi antara Rp 100 sampai Rp 200 triliun," tambah Kiswoyo.

Tiga analis sepakat merekomendasikan untuk membeli saham BBNI. Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas dengan target Rp 7.125. Sementara target harga Frederik Rasali analis Minna Padi Investama dan Nafan untuk BBNI adalah Rp 5.600 dan Rp 6.000.

Sama seperti BBNI, tiga analis juga satu suara merekomendasikan untuk membeli saham BBRI. Kiswoyo Adi dengan target harga Rp 14.000, sementara target harga Ikhsan Rp 12.225. Serta Lucky Bayu Rp 13.625.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×